Jakarta, CNN Indonesia —
Rusia resmi mulai menginvasi Ukraina Kamis (24/2) lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin langsung aksi militer ke negara tetangganya itu.
Akibat langkah itu, sejumlah negara menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Negeri Beruang Merah tersebut.
Negara yang menjatuhkan sanksi adalah Amerika Serikat, Uni Eropa, Jerman, Inggris, Taiwan, Jepang, hingga Singapura. Berbagai jenis sanksi dijatuhkan mulai dari pembatasan akses pasar, hingga pemblokiran Rusia dari sistem keuangan dunia.
Dari bidang energi, Jerman memberhentikan sertifikasi gas alam Nord Stream 2 ke Rusia. Sementara Amerika Serikat jadi salah satu negara yang melarang impor minyak mentah dan gas alam dari Rusia mulai Rabu (9/3).
Setelah sepekan lebih, dunia mulai merasakan dampak akibat perang dan sanksi yang dijatuhkan. Sejumlah harga komoditas dunia melonjak tajam, tak terkecuali energi.
Lantas, harga komoditas energi apa saja yang naik pasca perang Rusia-Ukraina pecah? Berikut ulasannya.
1. Minyak Mentah
Harga dua minyak mentah acuan dunia melonjak tajam usai invasi Rusia ke Ukraina. Tercatat, Rabu (9/3) sore, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi US$121,97 atau setara Rp1,74 juta per barel (kurs Rp14.292 per dolar AS).
Kemudian, harga minyak mentah Brent juga naik menjadi US$126,26 per barel. Padahal, harga kedua minyak tersebut masih berada di bawah US$80 per barel pada awal tahun ini.
Pada Januari, harga minyak mentah WTI hanya sebesar US$76,08 per barel, sementara harga minyak mentah Brent hanya sebesar US$78,98 per barel.
Analis Minyak Utama Kepler Matt Smith mengatakan harga minyak dunia melambung sebab Amerika Serikat (AS) melarang ekspor migas dari Rusia. Walau AS tidak banyak mengimpor minyak dari Rusia, namun larangan ekspor jelas akan mengurangi pasokan global.
2. Gas Alam
Kenaikan harga minyak bumi diikuti dengan kenaikan harga gas alam. Pasalnya, kedua komoditas energi tersebut saling terhubung satu sama lain. Sebelum kejadian invasi, harga gas alam global berada di posisi US$4,49 per mmbtu. Bahkan, harganya pada awal tahun ini masih berada di posisi US$3,71 per mmbtu.
Namun, kini US$4,55 per mmbtu. Harganya sempat menduduki posisi US$5,01 per mmbtu pada 4 Maret 2022. Associate Professor of Economics Haverford College Carola Binder mengatakan kenaikan harga gas bumi disebabkan oleh keputusan Rusia menginvasi Ukraina.
“Perang Rusia telah melukai keluarga di Amerika karena kenaikan harga gas alam dan ini akan terus berlanjut. Biasanya orang-orang tidak tahu kenapa harga gas naik, sekarang mereka tahu karena perang,” kata Binder dikutip dari CNN Business.
3. BBM
Harga bahan bakar minyak (BBM) alias bensin juga naik signifikan. Harga Nymex RBOB Gasoline telah menyentuh titik tertinggi dalam beberapa bulan terakhir yang mencapai US$3,63 per mmbtu. Harga bensin global memang sudah merangkak naik sejak awal tahun, mulai dari US$1,93 pada Januari menjadi US$2,80 per mmbtu pada pertengahan Februari.
Namun, tepat di hari invasi Rusia ke Ukraina harga bensin global melonjak menjadi US$3,05 per mmbtu. Dikutip dari AP News, Analis GasBuddy Patrick De Haan mengatakan dirinya tidak pernah melihat situasi seperti ini. Ia khawatir harga bensin yang melambung dapat mencekik warga Amerika Serikat.
Kendati demikian, Pertamina memastikan bahwa harga bahan bakar Pertalite tidak akan naik meski harga minyak dunia kian meroket. Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan kebijakan ini diambil guna mendukung pemerintah dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.