China dengan lantang menegaskan Taiwan tidak memiliki hak bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Juru bicara Kantor Perwakilan China untuk Taiwan, Ma Xiaoguang, kembali menggaungkan bahwa Taiwan adalah bagian dari China.
“PBB adalah organisasi internasional yang terdiri dari negara-negara berdaulat. Taiwan adalah bagian dari China,” kata Ma dalam jumpa pers di Beijing pada Rabu (27/10).
Ma menegaskan China adalah “satu-satunya pemerintah resmi yang mewakili seluruh Tiongkok”.
Ma mendesak para politikus di Taiwan untuk berhenti mengandalkan bantuan Amerika Serikat untuk merdeka dari China.
Komentar itu diutarakan Ma menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang mendesak komunitas internasional memperluas hak Taiwan di PBB.
Blinken juga menyesali bahwa Taiwan semakin tersingkir di panggung dunia.
“Partisipasi bermakna Taiwan dalam sistem PBB bukan lah masalah politik, tetapi masalah pragmatis,” kata Blinken seperti dikutip AFP.
Pernyataan itu diutarakan Blinken tepat di hari peringatan 50 tahun Majelis Umum PBB memutuskan mendukung China dan mengeluarkan Taiwan dari keanggotaan.
China selama ini menganggap Taiwan sebagai wilayah pembangkang yang ingin memerdekakan diri.
Relasi Beijing dan Taipei terus memanas, terutama setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menjabat.
Sejak Tsai menjabat, Taiwan terus berupaya memerdekakan diri dan mendapat pengakuan dengan mendekati negara-negara besar.
Dalam beberapa bulan terakhir, China juga terus mengretak Taipei dengan mengirimkan puluhan pesawat militernya menerobos wilayah Taiwan.
Presiden China, Xi Jinping, dan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, juga sempat saling serang melalui pidato pada pertengahan Oktober lalu. Keduanya memperebutkan kedaulatan masing-masing wilayah kekuasaan di tengah peningkatan ketegangan.
Saling serang ini bermula ketika Xi menyampaikan pidato pada Sabtu (9/10). Dalam pidato itu, Xi menyatakan bakal berupaya untuk menyatukan kembali Taiwan dengan China, konsep yang dikenal dengan sebutan prinsip “Satu China” selama ini.
“Separatisme untuk kemerdekaan Taiwan merupakan tantangan terbesar untuk mencapai reunifikasi, dan bahaya tersembunyi yang paling serius dalam pemulihan nasional,” ujar Xi, sebagaimana dikutip Reuters.
Sehari kemudian, Minggu (10/10), Tsai lantas membalas pernyataan Xi itu melalui pidato perayaan Hari Nasional Taiwan. Tsai sekali lagi menegaskan bahwa ia ingin meredakan ketegangan di Selat Taiwan selama beberapa waktu belakangan.
Ia juga menegaskan bahwa Taiwan tak akan “bertindak gegabah.” Namun, Tsai menekankan sikapnya ini tak boleh diartikan bahwa rakyat Taiwan akan tunduk pada tekanan.
“Kami akan terus meningkatkan pertahanan nasional kami dan menunjukkan tekad kami untuk melindungi diri sendiri demi memastikan tak ada siapapun yang dapat memaksa Taiwan mengambil jalan yang sudah ditetapkan China untuk kami,” ucap Tsai.
(rds)