Otoritas provinsi Qinghai, China, dilaporkan memaksa warga Tibet mengganti bendera doa yang selama ini dikibarkan warga Tibet dengan bendera Republik Rakyat China (RRC).
Tindakan ini merupakan salah satu bentuk kampanye China menyebarkan budaya mereka di wilayah otonomi.
Salah satu warga Tibet yang tinggal di daerah Matoe di Prefektur Otonomi Tibet, Golog, Qinghai mengatakan kampanye China ini dilaksanakan sejak awal 2022.
“Warga Tibet yang tinggal di sekitar Matoe dipaksa untuk menghadiri sesi pendidikan politik,” ujar seorang warga Tibet yang tak ingin disebutkan namanya kepada Radio Free Asia.
“Pemerintah China memasang bendera nasional di tempat-tempat di mana orang Tibet biasanya melakukan upacara keagamaan tradisional,” imbuhnya.
Warga tersebut juga mengatakan bahwa otoritas China mencopot bendera doa Tibet yang digantung di puncak bukit dengan alasan hal tersebut tidak ramah lingkungan. Otoritas China juga dikatakan menghancurkan tungku yang biasa digunakan warga Tibet untuk upacara penyucian dan ritual keagamaan.
Kampanye budaya Tiongkok di Matoe ini merupakan kelanjutan dari upaya mereka menghilangkan budaya Tibet di sejumlah daerah lainnya, termasuk di ibu kota Tibet, Lhasa.
Pada November 2020, Tiongkok dilaporkan melarang asap harum dari pembakaran dahan juniper di Kuil Jokhang.
Para kritikus menilai tindakan China ini sebagai upaya pemerintah China menghapus praktik budaya dan agama Tibet.
Pema Gyal, peneliti di Tibet Watch, mengatakan upaya China di Matoe ini merupakan upaya politik yang bertujuan untuk memantau dan mengendalikan pemikiran orang Tibet setempat.
“Ada kekhawatiran besar mengenai bagaimana pemerintah China melakukan sesi pendidikan politik untuk warga Tibet, memaksa mereka untuk mengibarkan bendera China dan menempatkan potret para pemimpin Komunis China di rumah mereka,” kata Gyal.
Sejumlah pengamat menilai penghancuran bendera doa dan pembatasan di Jokhang dan situs keagamaan lainnya menunjukkan niat China untuk semakin mengontrol Tibet dan upaya Beijing dalam mengubah budaya Buddhisme Tibet dengan kepercayaan China.
Warga Tibet kerap mengeluh soal diskriminasi politik, ekonomi, dan agama yang dilakukan otoritas China. Mereka sering melaporkan adanya pelanggaran hak asasi manusia dari pihak China.
Tindakan China terhadap Tibet ini juga menimbulkan kekhawatiran bagi warga Tibet. Mereka cemas Beijing ke depannya akan membuat kebijakan yang lebih agresif demi menghapus identitas dan budaya mereka.
(blq/rds/bac)