Bukan Merupakan Benda Haram, Wayang Sudah Diakui Sebagai Budaya Dunia

Bukan Merupakan Benda Haram, Wayang Sudah Diakui Sebagai Budaya Dunia

Bukan Merupakan Benda Haram, Wayang Sudah Diakui Sebagai Budaya Dunia

Suara.com – Polemik tentang wayang kembali mengemuka setelah Ustaz Khalid Basalamah yang menyebutkan wayang adalah haram. Padahal status wayang sebagai budaya dunia banyak digemari bahkan dipelajari dunia internasional. 

Ceramah yang menyatakan wayang adalah benda haram beredar di Youtube dan menjadi viral. Ustaz Khalid pun memberikan klarifikasi lewat video yang diunggahnya dalam saluran Youtube resmi Khalid Basalamah Official Selasa (15/2/2022) lalu. Dalam video tersebut Khalid menjelaskan bahwa ceramah soal wayang yang kini viral dilakukan setahun lalu di salah satu masjid di Jakarta Selatan. 

Dia mengakui adanya miskonsepsi karena video yang beredar hanya sepotong tanpa diikuti konteks lengkapnya. “Saya, pada ada saat ditanyakan masalah wayang, saya mengatakan alangkah baiknya dan kami sarankan, kami sarankan agar menjadikan Islam sebagai tradisi, jangan menjadikan tradisi sebagai Islam, dan tidak ada kata-kata saya di situ mengharamkan,” katanya. 

Lalu bagaimana status wayang sebagai budaya dunia? Mengutip jendela.kemdikbud.go.id wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan seni perlambang. 

Baca Juga:
Ustaz Khalid Basalamah Sebut Wayang Haram Karena Menyimpang, DM: Betul, Haram Kalau Dimakan

Wayang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Oleh karena itu wayang dianggap memiliki nilai sangat berharga dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa serta peradaban Indonesia.

Diperkirakan wayang mulai dikenal dan berkembang di Nusantara sejak 1500 SM sebagai bagian ritual. Nenek moyang kita percaya bahwa roh atau arwah orang yang meninggal tetap hidup dan bisa memberi pertolongan pada yang masih hidup. Oleh sebab itu roh-roh tersebut lantas dipuja dengan sebutan hyang atau dahyang yang diwujudkan dalam bentuk patung atau gambar. Dari sinilah asal usul pertunjukkan wayang, walaupun masih dalam bentuk yang sederhana.

Dalam perkembangannya, fungsi wayang sebagai media untuk menghormati arwah nenek moyang juga mengalami perkembangan. Saat periode Hindu Buddha di Indonesia, cerita Ramayana dan Mahabarata berkembang pesat dengan penambahan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut yang berakulturasi dengan budaya masyarakat setempat.

Kemudian muncul pula cerita Panji yang berasal dari era Kerajaan Kadiri atau periode klasik di Jawa yang menceritakan tentang kepahlawanan dan cinta yang berpusat pada dua orang tokoh utamanya yaitu Raden Inu Kertapati atau Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana. 

Cerita ini mempunyai banyak versi, dan telah menyebar di beberapa tempat di Nusantara, termasuk di antaranya Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar dan Filipina. Cerita dalam penampilan wayang tidak menutup kemungkinan untuk menampilkan kisah-kisah lain di luar cerita-cerita klasik.

Baca Juga:
Dorce Meninggal, Hukum Makamkan Transgender Dalam Islam Menurut Ustadz Khalid Basalamah

Scroll to Top