Kelompok anti-junta Myanmar melakukan serangan bom terhadap pasukan keamanan di dekat Yangon, dengan beberapa orang tewas dalam baku tembak setelahnya, kata militer dan media.
Negara Asia Tenggara itu berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari, memicu protes massa pro-demokrasi dan tindakan keras berdarah oleh militer.
Berbagai wilayah di penjuru Myanmar telah membentuk apa yang disebut “pasukan pertahanan rakyat” untuk melawan junta, meskipun sebagian besar bentrokan telah dilaporkan terjadi di daerah pedesaan.
Pasukan keamanan sedang melakukan perjalanan melalui Khayan, pinggiran pusat komersial Myanmar Yangon pada hari Jumat (17/9) ketika mereka diserang dengan bom rakitan, kata junta dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (18/9).
“Kedua kelompok itu saling menembak — seorang anggota pasukan keamanan terluka,” kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa senjata api dan amunisi disita setelah bentrokan itu.
“Beberapa teroris … (terbunuh), salah satunya terluka.”
Media lokal melaporkan setidaknya dua anggota kelompok anti-junta tewas dan satu ditangkap.
Awal bulan ini “National Unity Government” yang sebagian besar terdiri dari anggota parlemen yang berafiliasi dengan partai terguling Suu Kyi menyerukan “perang defensif rakyat” dan mendesak warga sipil untuk menargetkan aset junta.
Menara komunikasi milik perusahaan Mytel milik militer telah ditargetkan di seluruh Myanmar.
Konflik juga meningkat di wilayah Sagaing dan Magway, di mana penduduk setempat pekan ini menuduh militer membakar rumah dan membuat ribuan orang mengungsi.
“Militer telah menghancurkan wilayah kami karena pasukan perlawanan lokal,” kata seorang wanita berusia 25 tahun dari kotapraja Gangaw Magway kepada AFP.
“Saya kehilangan beberapa teman saya… Saya patah hati karena saya telah menyaksikan semua kekejaman mereka dengan mata kepala sendiri.”
Penduduk Gangaw lainnya mengatakan di salah satu desanya yang paling parah terkena dampak, Namg Kar, sejumlah rumah telah diratakan sejak 10 September.
“Mereka mencoba membakar seluruh desa. Tapi saat itu musim hujan,” kata warga tersebut, seraya menambahkan bahwa 4.000 warga Namg Kar telah mengungsi ke hutan terdekat.
“Mereka takut pada tentara karena mereka bisa kembali kapan saja ke desa,” katanya.
Gambar yang diperoleh AFP menunjukkan penduduk desa Namg Kar membawa ember berisi air saat asap membubung di kejauhan, sementara sisa-sisa fondasi yang terbakar.
Junta belum menanggapi permintaan komentar mengenai pernyataan tersebut.
(AFP/ard)