loading…
Saraf kejepit atau dalam dunia medis disebut Lower Back Pain telah menjadi penyebab utama hidup dengan keterbatasan fisik selama bertahun-tahun sejak 1990. / Foto: ilustrasi/aica
Penyakit ini tak hanya diderita lansia, tapi juga anak muda karena gaya hidup tak sehat dan kurangnya berolahraga. Demikian dijelaskan Dokter Spesialis Orthopedy Konsultan Orthopaedic Spine RS Pelni, dr. Rizky Notario Haryanto Putro, Sp.OT.
Dokter Rizky menyebutkan bahwa saraf kejepit sendiri terbagi menjadi dua tipe jika dilihat dari sisi letak penjepitan, yakni Herniated Nucleus Pulposus (HNP) dan Nerve Entrapment Syndrome.
Baca juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Sudah Lebih dari 400 Juta Suntikan
HNP merupakan kondisi di mana bantalan atau cakram yang berada di antara tulang belakang (soft gel disc atau nucleus pulposus) keluar dari posisi semula atau robek dan menjepit cabang saraf di sekitarnya.
Sedangkan, nerve entrapment syndrome adalah kondisi ketika jaringan sekitar saraf seperti ligamen dan osteofit menekan saraf.
“Untuk mengetahui tipe saraf kejepit yang dialami, pasien perlu melakukan pemeriksaan penunjang seperti X-Ray, Computed Tomography scan (CT scan) scan, hingga Magnetic Resonance Imaging (MRI),” ungkap dr. Rizky dalam webinar Kenali Gejala Syaraf Kejepit & Penanganannya, Kamis, 28 April 2022.
Gejala yang ditimbulkan biasanya meliputi mati rasa atau berkurangnya sensasi di area yang dilalui oleh saraf, munculnya rasa nyeri yang tajam atau seperti terbakar, kesemutan, otot terasa lemah, hingga kaki dan tangan sering kali sulit digerakkan.
Adapun penanganan saraf kejepit tergantung dari kondisi pasien, yakni seberapa parah nyeri yang dialami serta tingkat keparahan HNP. Lama pengobatan penyakitnya pun berbeda-beda.