Suara.com – Gempa Mentawai dengan magnitudo 6,9 – yang diperbarui setelah diperkirakan berkekuatan 7,3 – yang terjadi pada Selasa dini hari sekitar pukul 3.00 WIB disebut berpotensi tsunami.
BMKG mengatakan bahwa gempa Mentawai ini disebabkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia dan termasuk dalam gempa dangkal.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik ( thrust fault ),” terang Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.
Titik pusat gempa terletak pada koordinat 0,94 Lintang Selatan dan 98,38 derajat Bujur Timur, atau berlokasi di laut pada jarak 177 Km barat laut Kepulauan Mentawai Sumatera Barat. Gempa berpusat di kedalaman 23 km.
Gempa ini dirasakan kuat – pada skala intensitas VI MMI – di Siberut, Mentawai. Pada skala ini, biasanya gempa terasa kuat oleh semua penduduk dan ada potensi kerusakan ringan.
Baca Juga:
Penyebab Cuaca Panas di Indonesia Akhir-Akhir Ini, Berikut 5 Poin Kata BMKG
Sementara itu warga Pasaman Barat, Padang Pariaman, Agam dan Padang juga merasakan gempa pada skala skala intensitas V MMI.
Sebelumnya Daryono juga mengatakan bahwa BMKG telah mengamati tsunami setinggi 11 cm di pesisir Nias Selatan.
“Tsunami teramati 11 cm. Data tide gauge Tanah Bala, Nias Selatan,” terang dia.
BMKG juga mengimbau warga Pulau Tanabala, Nias Selatan untuk waspada, karena waktu tiba gelombang dapat berbeda-beda. Gelombang yang pertama bisa saja bukan yang terbesar.
Baca Juga:
Suhu Panas Terjadi di Gunungsitoli Nias Seminggu Terakhir, BMKG Jawab Penyebab Utama