Jakarta, CNN Indonesia —
Alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan bernama Nikuba telah menjadi sorotan dunia. Bahkan teknologi asal Cirebon, Jawa Barat ini diklaim membuat pabrikan otomotif asal Italia terpincut.
Tapi pertanyaannya, benarkah Nikuba bisa mengubah air menjadi bahan bakar?
Nikuba merupakan nama yang merupakan akronim dari ‘Niku Banyu’ atau ‘Ini Air’. Nama ini kemudian digunakan pada sebuah alat inovasi baru yang diklaim mampu mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan.
Sebelum namanya mendunia, Nikuba banyak terpasang pada motor Bintara Pembina Desa (Babinsa) Kodam III/Siliwangi dengan tujuan memperoleh data-data untuk penyempurnaan terhadap inovasi tersebut. Temuan ini sebelumnya viral pada Mei 2022.
Aryanto Misel, penemu Nikuba, mengatakan alat tersebut mempunyai cara kerja sangat sederhana. Nikuba mengandalkan generator elektrolisis yang mampu mengubah air menjadi energi mesin motor atau mobil.
Air yang akan digunakan harus dipastikan tidak mengandung logam berat untuk bisa menjalankan kendaraan bermotor.
Nikuba kemudian memisahkan Hidrogen (H2) dengan Oksigen (O2) pada air (H2O) melalui proses elektrolisis. Hidrogen yang sudah terpisah dari O2 kemudian masuk ke ruang pembakaran kendaraan sebagai bahan bakar pengganti BBM.
Berdasarkan hasil uji coba hanya butuh 1 liter air yang telah dikonversi menjadi hidrogen melalui proses elektolisis Nikuba untuk bisa menjalankan kendaraan pulang-pergi dari Cirebon ke Semarang.
Namun demikian, klaim Aryanto sempat diragukan oleh beberapa pakar dalam negeri, salah satunya Peneliti Madya Pusat Riset Material Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Deni Shidqi Khaerudini.
Ia bilang pada dasarnya alat seperti Nikuba bukan temuan baru, bahkan kata dia tidak sedikit yang sudah diperjualbelikan.
“Sebetulnya model ini sudah lama, ini berulang. Sifatnya fuel saver, ini bukan barang baru dan konsepnya ada di ilmu dasar fisika dan kimia,” kata Deni.
Menurut Deni Nikuba juga berbeda dari teknologi fuel cell pada kendaraan buatan produsen otomotif dunia seperti yang terpasang di Toyota Mirai atau Honda Clarity.
Fuel cell merupakan perangkat yang menghasilkan listrik melalui reaksi elektrokimia, bukan pembakaran. Pada fuel cell, hidrogen dan oksigen digabungkan buat menghasilkan listrik, panas dan air.
Deni pun meragukan klaim satu liter air pada kendaraan yang sudah terpasang Nikuba untuk menempuh jarak ratusan kilometer dari Cirebon ke Semarang itu.
“Ini beda dengan mobil buatan Honda Clarity dan Toyota Mirai yang menggunakan fuel cell. Dan tidak mungkin 1 liter air dipakai untuk menempuh 237 km jarak dari Cirebon ke Semarang,” kata Deni.
Deni menjelaskan konsep yang dipakai Nikuba menggunakan HHO, bukan hidrogen murni. HHO atau Hidrogen Hidrogen Oksigen ini disebut gas Brown, yang diambil dari nama penemunya, Yull Brown.
Menurutnya HHO bukan sebagai pengganti, melainkan berfungsi menjadi penghemat bahan bakar.
“Jadi bukan pengganti BBM, tapi fuel saver, sebab tetap ada peranan BBM, yakni hidrokarbon yang ketika dibakar di piston maka efisiensi pembakarannya jadi lebih baik,” urai Deni.
Deni menambahkan agar bisa mengklaim Nikuba menghasilkan kinerja sebagai pengganti BBM harus ada data yang membenarkan jika Hidrogen terpakai adalah gasnya.
“Kalaupun murni Hidrogen, sistem pembakaran di mobil dan motor tidak mendukung. Hidrogen gasnya kecil sehingga tidak cocok dengan sistem pembakarannya. Sekali lagi, ini bukan teknologi baru,” ucap dia.
Pakar lain dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Moh. Nur Yuniarto juga meragukan klaim Nikuba. Nur menyebut Nikuba tidak punya pengaruh signifikan terhadap kendaraan.
“Saya belum lihat alatnya seperti apa, kalau berdasarkan media alat itu menghasilkan hidrogen dari air yang disalurkan ke ruang pembakaran lalu jadi tenaga BBM. Berdasarkan lembaga-lembaga yang kredibel juga alat itu tidak bisa memberikan dampak yang cukup signifikan untuk mesin kendaraan,” kata Nur saat itu.
“Kemudian dipastikan dulu, itu tetap pakai bensin tidak? Kalau masih pakai bensin, 1 liter air juga bisa keliling dunia karena dia tidak menghilangkan bensin atau solar di kendaraan,” lanjut Nur.
Klaim diajak kerja sama penyedia energi Ferrari dan Lamborghini
Nikuba kembali menjadi sorotan setelah TNI AD mengklaim ada pabrikan otomotif asal Italia terpincut dengan teknologi ini.
Pangdam III/Siliwangi Mayjen Kunto Arief Wibowo mengatakan salah satu pabrikan asal Italia sempat mengunjungi Cirebon untuk melihat langsung inovasi ini. Namun, ia tidak menyebut secara rinci pabrikan otomotif dari Itala mana yang tertarik dengan penemuan Aryanto.
Kelanjutan kunjungan orang Italia ke Cirebon, Aryanto kemudian berangkat ke Kota Milan untuk mempresentasikan temuannya.
Bahkan, menurut Kepala Penerangan Kodam III/Siliwangi Kolonel Inf Adhe Hansen pihak penyedia energi dari pabrikan otomotif telah mengadakan perjanjian kerja sama dengan Nikuba.
“Perjanjian kerja sama dengan perusahaan penyedia sumber energi bagi Ferrari dan Lamborghini,” ujar Adhe, mengutip Detik.
Namun demikian, sampai saat ini belum ada keterangan resmi dari pihak Ferrari maupun Lamborghini Italia mengenai klaim tersebut.
(ryh/dmr)