Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap temuan baru usai terjadinya erupsi di Gunung Semeru, Sabtu (4/12).
Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono menyebut pihaknya saat ini tengah menerjunkan tim ke lapangan, untuk mengetahui jangkauan dampak erupsi gunung api terbaru.
“Kami saat ini menurunkan tim tanggap darurat untuk melihat atau mengupdate peta KRB (kawasan rawan bencana) kami, karena sekarang ternyata dari sektor satelit ada perubahan coverage dari awan panas dan lahar itu lebih luas,” ujar Eko kepada CNNIndonesia.com lewat sambungan telepon, Senin (13/12) siang.
Erupsi awan panas guguran di Gunung Semeru pada Sabtu (4/12) menyembur hingga radius 11 kilometer. Sedangkan peringatan dini yang diberikan Badan Geologi sebelumnya ada pada radius 5 kilometer.
Di samping itu Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN melaporkan kerusakan lahan akibat erupsi Semeru yaitu 2.417,2 hektare.
Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh BRIN Rokhis Khomarudin menyebut erupsi menimbulkan bukaan baru aliran lava dari aktivitas vulkanik Gunung Semeru.
Bukaan tersebut tercatat sepanjang 710 meter dengan lebar 110 meter, menurut citra satelit USGS (United States Geological Survey).
Rincian luas kerusakan lahan meliputi hutan 909,8 hektare, lahan terbuka 764,5 hektare, hutan sekunder 243,1 hektare, lahan pertanian 161,5 hektare, ladang/tegalan 161,2 hektare, perkebunan 77,9 hektare, pemukiman 67,8 hektare, semak/belukar 20,9 hektare, dan tubuh air 10,4 hektare.
Dari data sejumlah citra satelit yang digunakan sebagai pembanding dengan situasi saat ini, Rokhis menyebut daerah yang terdampak awan panas dan guguran Gunung Semeru tampak sangat jelas.
Dari citra satelit juga diperkirakan setidaknya ada 43 bangunan yang langsung terkena dampak awan panas dan guguran Gunung Semeru.
Tiga gunung api potensi erupsi, simak di halaman berikutnya..