Badai-Banjir di Dunia, Efek Perubahan Iklim yang Kian Ganas

Badai-Banjir di Dunia, Efek Perubahan Iklim yang Kian Ganas

Jakarta, CNN Indonesia —

Efek perubahan iklim yang terjadi di dunia semakin menampakkan ‘wajah beringas’ dalam 10 tahun terakhir. Beberapa negara diterjang badai, siklon tropis, maupun banjir yang kian parah diduga akibat perubahan iklim.

Berita bencana alam juga kerap memenuhi media massa akhir-akhir ini. Sebut saja badai Kompasu di Filipina, hujan lebat di China, dan banjir di Thailand.

Sekitar sembilan orang tewas dan 11 orang lainnya dinyatakan hilang akibat Badai Kompasu yang memicu hujan lebat di Filipina pada Senin (11/10). Badai tropis yang membawa curah hujan lebat itu pun membanjiri desa-desa hingga memicu tanah longsor.

Di China, setidaknya 15 orang tewas akibat hujan lebat yang memicu banjir dan merendam Provinsi Shanxi.

“Lima belas orang tewas akibat bencana itu dan tiga orang lainnya masih hilang,” ujar salah satu pejabat manajemen darurat setempat, Wang Qirui, seperti dikutip AFP, Selasa (12/10).

Selain itu, Wang juga mengatakan bahwa sekitar 19 ribu bangunan hancur akibat cuaca ekstrem ini. Sementara itu, 18 ribu bangunan lainnya rusak parah.

Di Thailand, setidaknya enam orang tewas dan 70 ribu rumah warga di negara itu terendam banjir akibat Badai Dianmu.

Departemen Pencegahan dan Mitigasi Bencana Thailand melaporkan bahwa keenam orang yang tewas itu tersebar di sejumlah provinsi.

Badai Dianmu memang menyebabkan banjir di setidaknya 30 provinsi di Thailand. Menurut departemen tersebut, daerah ibu kota negara menjadi kawasan yang terkena dampak paling parah.

Perubahan iklim yang terjadi membuat badai, banjir, dan hujan yang terjadi di Bumi semakin parah.

Mengutip New York Times, para ilmuwan mengatakan bahwa suhu permukaan Atlantik yang luar biasa hangat telah membantu meningkatkan aktivitas badai.

“Sangat mungkin bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia berkontribusi pada lautan yang hangat secara anomali itu,” kata Ilmuwan Iklim di National Oceanic and Atmospheric Administration, James P. Kossin.

“Perubahan iklim membuat badai lebih mungkin berperilaku dengan cara tertentu.”

Perubahan iklim menyebabkan angin yang dibawa badai menjadi lebih kencang. Angin yang lebih kencang ini menyebabkan lebih banyak kabel listrik yang putus, atap yang rusak dan, jika dipasangkan dengan naiknya permukaan laut, banjir pantai yang lebih buruk.

Tak hanya itu, badai yang terjadi juga dapat membawa curah hujan yang lebih tinggi. Penyebabnya, pemanasan global meningkatkan jumlah uap air yang dapat ditampung oleh atmosfer.

Kossin juga menyampaikan badai saat ini dapat terjadi lebih lama. Badai yang lebih lambat dan lebih basah juga memperburuk banjir. Kossin menyamakan masalah ini dengan berjalan di halaman sambil menggunakan selang untuk menyemprotkan air ke tanah.

“Jika Anda berjalan cepat, air tidak akan memiliki kesempatan untuk mulai menggenang. Namun, jika Anda berjalan perlahan, Anda akan mendapatkan banyak hujan di bawah Anda,” ujar Kossin.

Perubahan iklim juga menyebabkan wilayah badai kian melebar.

“Ada migrasi siklon tropis keluar dari daerah tropis dan menuju subtropis dan garis lintang tengah,” kata Dr. Kossin. Peristiwa ini memungkinkan lebih banyak badai dapat mendarat di lintang yang lebih tinggi, seperti Amerika Serikat atau Jepang.

(pwn/bac)

[Gambas:Video CNN]


Scroll to Top