Australia terancam memasuki status darurat nasional akibat lonjakan kasus Covid-19 di Sydney. Pejabat di ibu kota negara bagian New South Wales itu pun meminta pemerintah pusat segera bergerak.
Kepala tenaga medis Sydney, Kerry Chant, menyatakan bahwa lonjakan kasus Covid-19 di kota itu sudah sangat memprihatinkan sehingga pemerintah seharusnya mendeklarasikan darurat nasional.
“Saya memberi tahu pemerintah pada hari ini bahwa situasi ini sudah darurat nasional dan perlu tindakan lebih lanjut untuk mengurangi kasus [Covid-19],” ujar Chant, sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (23/7).
Jika pemerintah benar-benar mendeklarasikan status darurat nasional, mereka memang langsung dapat membuka keran-keran bantuan, baik itu pendanaan maupun personel lainnya yang dibutuhkan.
Para pejabat di Sydney menyerukan permintaan ini setelah kasus Covid-19 di kota itu mencapai tahap mengkhawatirkan, hingga memicu penambahan 1.900 infeksi secara keseluruhan di Australia sejak pertengahan Juni lalu.
Pemerintah setempat menyatakan bahwa Covid-19 di kota itu cepat menyebar karena kemunculan virus corona varian Delta.
Lonjakan kasus ini membuat pemerintah daerah sekitar Sydney, seperti Victoria dan Australia Selatan, terpaksa menerapkan lockdown ketat demi menghindari penularan Covid-19 ke wilayah mereka.
Pemimpin Sydney, Gladys Berejiklian, pun menyatakan bahwa perintah tetap di rumah yang seharusnya berakhir pada 30 Juli mendatang kemungkinan akan diperpanjang.
“Tak diragukan lagi bahwa jumlah [kasus Covid-19] tak bergerak ke arah yang kami harapkan saat ini,” ujar Berejiklian.
Para pejabat New South Wales lantas meminta pemerintah pusat untuk memprioritaskan aliran vaksin ke negara bagian mereka.
Namun, pemerintah kawasan lain mulai menyuarakan penolakan atas usulan tersebut. Para pemimpin itu menyatakan bahwa daerah mereka juga membutuhkan vaksin.
Untuk membahas masalah aliran vaksin ini, pemerintah Australia dijadwalkan menggelar rapat pada Jumat ini.
Saat ini, Australia memang sedang mengalami masalah penyaluran vaksin. Perdana Menteri Scott Morrison sampai-sampai meminta maaf karena program vaksinasi di Australia begitu lelet.
“Saya minta maaf karena kami tak dapat mencapai target yang kami harapkan di awal tahun ini,” kata Morrison kepada wartawan di Canberra, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (22/7).
Menurut laporan, jumlah penduduk yang sudah divaksin secara penuh baru sekitar 11,5 persen atau 2,9 juta jiwa.
Dengan demikian, program vaksinasi yang dijalankan Australia kurang dari 150 ribu suntikan per hari. Jumlah itu kalah jauh dibanding negara-negara maju lainnya.
Morrison berjanji akan berusaha memenuhi target vaksinasi pada akhir 2021. Ia menyatakan bahwa jutaan dosis vaksin dari Pfizer dan Moderna akan tiba dalam beberapa pekan mendatang.
(has)