Australia secara terbuka mengejek protes China soal rencana Canberra membangun kapal selam bertenaga nuklir AUKUS sebagai pernyataan “yang sangat konyol dan konyol”.
Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton, mengatakan protes China itu bertendensi menghasut dan merupakan sesuatu yang sangat konyol dan lucu.
“[pernyataan China itu] provokatif, pernyataan yang lucu, benar-benar konyol, itu lucu,” ujar Dutton dalam sebuah wawancara dengan televisi pada Jumat (19/11) seperti diikuti AFP.
Rencana pembangunan kapal selam nuklir itu merupakan bagian dari kemitraan baru antara Amerika Serikat, Inggris, dan Australia yang disebut AUKUS.
China berulang kali memprotes kerja sama AUKUS yang dinilai banyak pihak sebuah upaya AS Cs untuk meredam pengaruh Tiongkok yang kian menguat di Indo-Pasifik.
Pernyataan Dutton itu pun menanggapi protes terbaru Beijing digaungkan oleh kuasa usaha kedutaan China di Canberra, Wang Xining.
“Jadi siapa yang Anda serang? Anda bukan lagi pecinta perdamaian, pembela perdamaian, Anda menjadi pengguna pedang dalam beberapa konteks tertentu,” kata Wang.
Wang mengatakan Australia memiliki “nol kapasitas nuklir” untuk menangani masalah yang akan mempengaruhi operasional kapal selam di masa depan. Ia bertanya apakah pemerintah Australia siap untuk meminta maaf jika terjadi insiden dan kecelakaan terhadap kapal selam bertenaga nuklir tersebut di masa yang akan datang.
Wang menganggap Australia akan menjadi “anak nakal” jika memiliki kapal selam ini. Menurutnya, kapal selam ini dirancang untuk meluncurkan serangan jarak jauh.
Wang juga mewanti-wanti agar Australia tidak melakukan sesuatu yang membuat relasi China dan Australia yang renggang menjadi benar-benar rusak.
Menanggapi pernyataan Wang, Dutton menganggap komentar diplomat China tersebut tidak patut.
“Mungkin mengikuti arahan Partai Komunis China, tetapi saya kira mayoritas warga Australia menilai komentar itu tak produktif,” lanjutnya.
Pada September lalu, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, memutuskan akan membangun kapal selam bertenaga nuklir di bawah kerja sama Inggris dan Amerika Serikat (AUKUS).
Selain China, AUKUS pun membuat kelabakan sejumlah negara. Prancis, misalnya, yang merasa Canberra mengkhianati dan menusuk mereka dari belakang.
Sebab, Australia terlebih dahulu memiliki kesepakatan dengan Paris terkait pembuatan kapal selam. Namun, kesepakatan keduanya dibatalkan Canberra tak lama sebelum AUKUS diumumkan.
Sejumlah negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Malaysia juga vokal memprotes AUKUS yang dinilai mereka dapat meningkatkan perlombaan senjata di kawasan Indo-Pasifik.
(isa/rds)