Amerika Serikat mendukung gagasan penangguhan sementara hak paten vaksin Covid-19 untuk membantu negara miskin yang sedang berjuang menyelamatkan nyawa warganya di tengah pandemi.
Perwakilan Perdagangan AS, Katherine Tai, mengatakan bahwa negaranya mengakui bahwa hak intelektual atas properti memang sangat penting dalam dunia bisnis.
Namun, “[AS] mendukung penangguhan perlindungan untuk vaksin Covid-19” demi mengakhiri pandemi.
“Ini merupakan krisis kesehatan global, dan di waktu yang tidak biasa seperti pandemi Covid-19 ini, harus ada pula tindakan yang tidak biasa,” kata Tai dalam pernyataan yang dikutip AFP, Rabu (5/5).
Keputusan AS untuk mendukung gagasan penangguhan hak paten ini menuai ragam tanggapan, baik dari akademisi medis maupun dunia bisnis.
Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa keputusan AS ini “bersejarah” dan menjadi penanda “momen monumental dalam pertarungan melawan Covid.”
Negara-negara seperti Selandia Baru dan Australia juga menyambut baik dukungan AS ini. Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan bahwa penangguhan hak paten akan mempermudah negaranya memproduksi vaksin mRNA secara lokal.
Penangguhan hak paten memang dimungkinkan berdasarkan Kesepakatan Hak Properti Intelektual terkait Perdagangan (TRIPS) yang disepakati negara-negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Namun, Prancis menolak gagasan penangguhan hak paten ini. Mereka lebih memilih menerapkan model donasi untuk membantu negara miskin mengatasi kekurangan vaksin.
Kelompok pelobi farmasi asal Swiss, Asosiasi Federasi Produsen Farmasi Internasional, menyatakan bahwa hak paten bukan penghalang produksi vaksin. Menurut mereka, penangguhan hak paten justru akan menghalangi inovasi.
“Penangguhan merupakan cara sederhana, tapi jawaban yang salah untuk masalah kompleks ini,” demikian pernyataan mereka.
Gagasan penangguhan hak paten vaksin ini mulai mencuat dalam beberapa waktu belakangan, terutama setelah India dilanda gelombang kedua pandemi Covid-19.
Sementara AS sudah menawarkan donat dan bir bagi warga yang mau divaksin, India masih kekurangan vaksin di tengah gelombang kedua Covid-19.
Untuk menghindari kehancuran sistem kesehatan, bank negara India menggelontorkan US$6,7 miliar untuk membantu perusahaan farmasi dalam pembuatan vaksin.
Negara anggota G7 juga menyatakan bakal membantu finansial program vaksinasi di India. Namun, belum ada detail lain mengenai bantuan itu.
(has)