Apakah Legiun-Anti Putin Bisa Lemahkan Rusia di Ukraina?

Apakah Legiun-Anti Putin Bisa Lemahkan Rusia di Ukraina?

Jakarta, CNN Indonesia

Kelompok anti-Presiden Vladimir Putin, Freedom of Rusia Legion dan Korps Relawan Rusia, menjadi sorotan usai mengklaim “membebaskan” wilayah Belgorod dalam serangan dari Ukraina, Senin (22/5).

Rusia menuding serangan tersebut adalah aksi pasukan Ukraina, tapi Kyiv membantahnya.

Ukraina sendiri mengakui kelompok itu bersekutu dengan mereka. Namun, mereka membantah tuduhan aksi di Belgorod atas instruksi militer Kyiv.

Serangan yang dilakukan warga Rusia di wilayah Negeri Beruang Merah sendiri itu disebut-sebut membuat para pejabat hingga publik kebingungan.

Sejumlah analis mengatakan kepada Reuters bahwa para pakar hingga blogger Kremlin “mengalami guncangan” setelah mendengar kabar tersebut.

Lembaga think tank Institute for the Study of War (ISW) pun menilai insiden di Belgorod berpotensi mempermalukan Putin yang selama 15 bulan ini memimpin agresi Rusia ke Ukraina.

Lantas, dengan serangan dari dalam Kremlin sendiri, apakah pasukan Rusia bisa dilemahkan?

Beberapa analis militer menilai kelompok anti-Putin bisa mendistraksi prajurit Kremlin yang berada di garda depan dan memberikan pukulan psikologis imbas serangan tak terduga tersebut.

Mark Galeotti, kepala konsultan Mayak Intelligence dan penulis sejumlah buku tentang militer Rusia, mengatakan serangan dua kelompok tersebut tampak seperti operasi “pembentukan” medan perang Ukraina.

Belakangan, memang santer kabar Ukraina berencana melancarkan serangan balasan besar-besaran dalam waktu dekat.

“Ini benar-benar kesempatan untuk melakukan dua hal. Salah satunya adalah mengguncang Rusia, membuat mereka khawatir tentang kemungkinan perlawanan di antara warga mereka sendiri. Kedua, memaksa Rusia membubarkan pasukan mereka,” kata Galeotti.

[Gambas:Video CNN]

Analis di Institut Royal United Services Institute (RUSI), Neil Melvin, juga menganggap operasi itu dilakukan untuk meningkatkan semangat juang di antara pasukan Ukraina, sekaligus menciutkan mental Kremlin.

Saat ini, Ukraina disebut-sebut sedang “meniru” tingkah Kremlin yang pernah tak mengaku terlibat kala mencaplok Crimea pada 2014 silam.

Rusia saat itu membantah pasukannya terlibat dalam aneksasi, padahal ada prajurit dengan lencana Moskow yang jelas-jelas kedapatan berada di wilayah tersebut.

Kremlin waktu itu berdalih bahwa siapa pun bisa mendapatkan atribut militer secara bebas di toko.

Kini, menurut Melvin, giliran Kyiv melakukan taktik serupa.

Alih-alih mengakui terlibat dalam serangan, Ukraina justru menuding “tank dijual di setiap toko militer Rusia” sehingga salah Rusia serangan itu bisa terjadi di Negeri Beruang Merah sendiri.

Para ahli sendiri meyakini bahwa angkatan bersenjata Ukraina memang berada di balik serangan tersebut dengan membantu koordinasi aksi.

Bagaimana maksudnya? Baca di halaman berikutnya >>>


Apakah Legiun-Anti Putin Bisa Lemahkan Rusia di Perbatasan?


BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Scroll to Top