Suara.com – Istilah ‘kecanduan masturbasi‘ digunakan untuk merujuk pada kecenderungan gemar masturbasi secara berlebihan atau kompulsif.
Meski ada dorongan untuk menganggap kecanduan masturbasi sebagai masalah medis, namun beberapa ahli masih terbelah antara pro dan kontra.
Sebenarnya, tidak ada diagnosis klinis untuk kecanduan masturbasi. Kebiasaan itu juga tidak diakui sebagai kecanduan oleh American Psychological Association (APA).
Kecanduan masturbasi juga belum diakui sebagai kondisi kesehatan mental dalam edisi terbaru Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Baca Juga:
5 Bahaya Kecanduan Gadget, Nomor 5 Kamu Banget
Sehingga beberapa tenaga kesehatan tidak menganggap kecanduan seks sebagai kecanduan klinis.
Sebaliknya, kecanduan seks, kecanduan masturbasi, juga kecanduan porno biasanya disebut sebagai perilaku seksual kompulsif, gangguan hiperseksualitas, juga perilaku seksual di luar kendali (OCSB).
Dikutip dari Medical Health, para ahli meyakini kalau sering melakukan masturbasi tidak berarti seseorang memiliki masalah atau kecanduan.
Secara umum, hanya ada alasan untuk khawatir apakah memang ada tanda-tanda menjadi berlebihan atau obsesif, sebagai berikut:
- Masturbasi menghabiskan banyak waktu dan energi.
- Gelisah apabila belum masturbasi.
- Sampai mengalami terlambat menghadiri rapat, membatalkan acara, atau meninggalkan janji sosial lebih awal untuk melakukan masturbasi.
- Melakukan masturbasi di tempat umum atau di tempat yang tidak nyaman karena tidak sabar untuk segera pulang.
- Bisa masturbasi bahkan saat tidak merasa terangsang.
- Ketika merasakan emosi negatif seperti marah, cemas, stres, atau sedih, justru ingin masturbasi untuk kenyamanan.
- Merasa bersalah, tertekan, atau kesal setelah masturbasi.
- Melakukan masturbasi meskipun sebenarnya tidak mau.
- Merasa sulit untuk berhenti memikirkan masturbasi.
Baca Juga:
Studi Terbaru: Remaja Jauh Lebih Berisiko Kecanduan Ganja