Jakarta, CNN Indonesia —
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada Selasa (5/11) karena hilangnya rasa kepercayaan, terutama selama agresi Zionis di Jalur Gaza.
Netanyahu mengatakan bahwa selain perbedaan pendapat antara dirinya dengan Gallant, krisis kepercayaan perlahan-lahan antara keduanya juga semakin melebar.
“Mengingat hal ini, saya memutuskan hari ini untuk mengakhiri masa jabatan menteri pertahanan,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters.
Netanyahu mengaku sudah mencoba menjembatani kesenjangannya dengan Gallant, namun justru terus melebar dan menjadi konsumsi publik.
“Lebih buruk dari itu, kesenjangan tersebut diketahui musuh, dan musuh kita menikmatinya dan memperoleh keuntungan dari kondisi ini,” ungkap Netanyahu.
Dia mengatakan kesenjangan tersebut disertai dengan pernyataan dan tindakan Gallant yang bertentangan dengan keputusan pemerintah dan keputusan kabinet.
Menanggapi pemecatannya, Gallant mengatakan keamanan Israel selalu dan akan selalu menjadi misi hidupnya.
Dalam pidato usai dipecat, Gallant mengatakan prioritasnya selama 50 tahun pengabdian kepada negara tetap konstan dan jelas yakni Negara Israel, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan keamanan, baru setelah itu masa depan pribadinya.
Gallant mengatakan pemecatannya bermula dari ketidaksepakatannya pada tiga isu: wajib militer kelompok ultra-Ortodoks, kesepakatan pembebasan sandera Hamas, dan penyelidikan atas kegagalan pemerintah terkait serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang di Gaza.
Sementara Netanyahu menolak menandatangani penarikan penuh pasukan IDF dari Gaza sebagai imbalan pembebasan sandera, dan bersikeras mempertahankan keberadaan militer Israel di Koridor Philadelphi.
Dia mencatat selama perang dengan Hamas, ratusan tentara IDF tewas dan ribuan lainnya terluka.
“Tahun-tahun mendatang akan memberi kita tantangan yang kompleks. Perang belum berakhir dan suara pertempuran belum berhenti. Kita harus menghadapi tantangan masa depan ini secara langsung,” ujar Gallant, dilansir Times of Israel.
Dia juga mengecam “undang-undang diskriminatif dan korup”, yang diusung oleh partai-partai koalisi United Torah Judaism, yang mempertahankan pengecualian pria-pria dari kelompok ultra-Ortodoks dari wajib militer.
Ini bukan kali pertama Gallant dipecat Netanyahu. Pada Maret 2023, dia juga dipecat gara-gara menentang usulan perombakan sistem peradilan pemerintah Netanyahu, karena bisa memicu perpecahan nasional.
Dua minggu usai pemecatan, Netanyahu kembali menariknya ke pemerintahan karena protes besar-besaran di seluruh Israel yang mengecam pemecatan Gallant.
(dna/dna)