Ahli Biologi Molekular, Ahmad Rusdan Utomo menjelaskan kendala yang dalam praktik transplantasi organ babi ke manusia.
Organ babi disebut memiliki molekul gula di dalamnya yang dapat memicu reaksi imun manusia.
Sebelumnya percobaan transplantasi ginjal babi dilakukan oleh tim bedah di NYU Langone Health dan dipimpin oleh Dr. Robert Montgomery.
Pada percobaan tersebut dilakukan pencangkokan sementara selama 54 jam untuk mengamati organ dan mengambil sampel jaringan.
Menanggapi, Ahmad sebut percobaan transplantasi organ babi dilakukan karena organ babi memiliki kemiripan dengan manusia. Keduanya punya kesamaan genetik sekitar 84 persen, dan babi sendiri adalah hewan yang mudah diternakkan.
“Organ babi memang mirip manusia. Babi mudah diternakkan sehingga bisa menjadi sumber transplantasi bagi mereka yang gagal ginjal,” kata Ahmad kepada CNNIndonesia.com melalui pesan teks, Jumat (22/10).
“Kesamaan genetik sekitar 84 persen,” tambahnya.
Namun transplantasi dari hewan tersebut bukan tanpa risiko, Ahmad menyebut transplantasi babi dapat memicu reaksi imun karena molekul gula yang terdapat pada organ babi.
“Hanya saja kendalanya, organ babi memiliki molekul gula dipermukaan organ yang akan memicu reaksi imun manusia,” ujarnya.
Dalam percobaan di NYU Langone Health, tim bedah menggunakan babi yang telah melalui rekayasa genetika untuk menghilangkan molekul gula pada organ dan menghindari reaksi penolakan oleh imun manusia.
Ahmad menjelaskan penggunaan babi hasil rekayasa genetika tersebut menunjukkan hasil yang aman dan tidak menimbulkan reaksi imun.
“Berita kemarin mengatakan bukan sembarang babi, tetapi babi yang sudah direkayasa gen nya sehingga aman tidak menimbulkan reaksi imun,” katanya.
“Data kemarin itu encouraging, ginjalnya tidak memicu reaksi imun, karena faktor gulanya sudah dihilangkan dengan rekayasa genetik,” tambahnya.
Pasalnya jika rekayasa genetika tidak dilakukan, ginjal babi tidak akan bisa bertahan lama karena dibunuh oleh sistem imun manusia.
“Timbul reaksi imun, ginjal hewan enggak akan tahan lama dibunuh imun manusia, dan manusianya enggak nyaman ada reaksi imun,” jelas Ahmad.
Lebih lanjut, ia menjelaskan penelitian organ hewan sebagai sumber organ untuk donor disebabkan olah ketidakcocokan yang sering terjadi pada proses transplantasi organ.
Meski demikian, transplantasi organ dari hewan menimbulkan sejumlah polemik seperti kehalalannya. Ahmad menyebut organ tersebut secara ‘default’ haram, namun perlu kajian lebih lanjut terkait hal tersebut.
“Apakah ini halal? memang secara default adalah haram, kecuali tidak ada sumber lain. Memang perlu kajian fiqih,” ujar Ahmad.
(lnn/fjr)