loading…
Epidemiolog Griffith University Australia, dr. Dicky Budiman, menjelaskan bahwa penemuan varian baru Delta Plus ini bukanlah suatu hal yang mengagetkan. Terlebih di tengah situasi Indonesia yang keterbatasan surveillance genomics, studi laboratorium, dan investigasi epidemiologi. Penemuan varian Delta Plus menandakan bahwa varian ini telah menjadi predominan strain di wilayah yang ditemukan.
Baca Juga : Percepat Proses Pemulihan Covid-19 dengan Makanan Sehat Bergizi, Ini Daftarnya
“Ketika varian tersebut telah menjadi predominan strain, akibat keterbatasan tadi, mereka akan mudah untuk dideteksi. Jadi artinya sudah lama berada di komunitas, sebab varian membutuhkan waktu untuk menjadi predominan,” terang Dicky kepada MNC Portal, Selasa (27/7).
Selain itu hal lain yang harus diketahui bahwa penemuan varian ini bukanlah hal yang mengagetkan di tengah situasi kasus di masyarakat tinggi penyebarannya. Sebab, mutasi virus yang menyebabkan penemuan varian-varian baru hanyalah masalah waktu dan kehadiran varian ini adalah suatu fenomena yang alamiah.
Baca Juga : Virus Corona Bisa Bertahan di Tubuh Selama 83 Hari
“Sehingga jangan kaget kalau ada varian Delta, Delta Plus, Lamda ditemukan di Indonesia. Karena akan sangat sulit untuk membendung munculnya varian ini, sebab peluang masuknya banyak sekali. Apalagi di tengah situasi bahwa terjadi siklus replikasi yang sangat ekstensif dari virus. Karena banyak infeksi yang terjadi di masyarakat tida terdeteksi,” tuntasnya.
(dra)