Sejumlah peristiwa terjadi di berbagai belahan dunia pada akhir pekan. Mulai dari kafe lokal Singapura minta maaf soal nasi padang hingga Myanmar kewalahan tangani Covid-19 akibat kudeta.
1. The Ritual, Kafe Lokal Singapura Minta Maaf soal Nasi Padang
Sebuah kafe lokal di Singapura, The Ritual menyampaikan permohonan maaf setelah mendapat kritikan dan hujatan dari pengguna media sosial di kolom komentar Instagram resmi mereka terkait nasi padang.
Hal ini berkaitan dengan peluncuran makanan ‘Nasi Padang without nasties’ atau Nasi Padang versi mereka yang bertajuk menikmati Nasi Padang tanpa rasa bersalah.
Kafe yang kerap menawarkan roti segar dan makanan sehat itu dianggap tak menghargai budaya dan telah menimbulkan persepsi berbeda terkait Nasi Padang yang memang berasal dari Indonesia.
Dalam postingan foto yang dibagikan di akun resmi mereka yang kini telah dihapus tersebut, The Ritual menyebut pelanggan bebas memakan hidangan tradisional “bebas dari rasa bersalah”.
2. Warga AS Diizinkan Lepas Masker Saat Nonton di Bioskop
Warga Amerika Serikat yang sudah tuntas vaksinasi Covid-19 tidak diwajibkan memakai masker saat menonton di bioskop.
Tiga perusahaan bioskop utama Negeri Paman Sam, AMC Entertainment, Cinemark, dan Regal Cinemas, mengatakan, pelonggaran protokol kesehatan itu berlaku sesuai pedoman terbaru Centers for Disease Control (CDC).
“Sesuai dengan pedoman CDC, masker tidak diwajibkan bagi penonton yang telah divaksinasi penuh. Jika Anda belum divaksinasi penuh, kami meminta Anda terus memakai masker sepanjang film diputar kecuali saat menikmati makanan atau minuman,” kata AMC di situs resminya pada Jumat (28/5).
Meski ada pelonggaran prokes, AMC menekankan bahwa aturan menjaga jarak dan protokol kebersihan tetap berlaku di lingkungan bioskop.
3. Myanmar Kewalahan Tangani Covid-19 Akibat Kudeta
Rumah sakit di perbatasan antara Myanmar-India kewalahan menangani pasien Covid-19, ini menunjukkan kerapuhan sistem kesehatan Myanmar sejak terjadi kudeta Februari lalu.
Lun Za En, Kepala Perawat di RS Cikha, menyebut untuk mengatasi tujuh pasien positif Covid-19, mereka hanya dapat memberikan paracetamol dan kata-kata penyemangat.
“Kami tidak punya oksigen cukup, peralatan medis, listrik, dokter, atau ambulans,” jelas perawat berusia 45 tahun tersebut, seperti dikutip Reuters pada Minggu (30/5).
Kampanye anti-covid di Myanmar menguap bersamaan dengan sistem kesehatan setelah terjadi kudeta pada Februari lalu.
(dea)