loading…
Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) E. Aminudin Aziz. Foto/Perpusnas.
“Ketiga program tersebut akan didukung oleh beberapa faktor antara lain infrastruktur yang memadai, kepemimpinan yang transformasional, program yang memberdayakan, dan kemitraan yang saling menghormati, prinsip kesetaraan, dan saling memberi keuntungan,” kata Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) E. Aminudin Aziz, melalui siaran pers, Selasa (4/2/2025).
Hal ini ia sampaikan pada Rakornas Bidang Perpustakaan, Selasa (4/2/2025). Sepanjang 2025, dia menjelaskan, pihaknya akan menata program dengan melakukan lima hal. Pertama, memadukan setiap program agar dapat diampu bersama, baik oleh internal Perpusnas, maupun lembaga mitra di pusat dan di daerah. Kedua, mengoptimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan naskah.
Ketiga, mereviu kerangka pikir dan instrumen untuk Indeks Peningkatan Literasi Masyarakat, Tingkat Kegemaran Membaca, dan akreditasi perpustakaan. Keempat, menata ulang program dan pendanaan dekonsentrasi di provinsi serta perbantuan di kabupaten dan kota. Kelima, mengimplementasikan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2025 tentang tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD TA 2025 dan alokasi Dana Alokasi Khusus Fisik.
Amin juga menghadirkan semboyan baru Perpusnas yaitu “Perpustakaan Hadir Demi Martabat Bangsa”. Melalui semboyan ini, dia mengajak peserta Rakornas untuk membuat definisi baru tentang perpustakaan.
“Perpustakaan memiliki fungsi yang sangat substansial, fundamental, dan instrumental di dalam pengembangan kecakapan literasi untuk peradaban bangsa. Bapak dan Ibu ditugasi untuk membawa misi pemartabatan bangsa,” jelasnya.
Lebih lanjut, mantan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa periode 2020-2024 ini menekankan bahwa tugas yang dikerjakan di perpustakaan tidak sama layaknya membangun infrastuktur umum, yang mana hasilnya dapat terlihat dalam waktu singkat.
“Kecakapan literasi akan kelihatan setelah sekian lama, mungkin setelah lima tahun, sepuluh tahun, atau setelah satu generasi. Karena apa? Fondasi untuk literasi akan dibangun dalam waktu yang tidak sebentar,” tambahnya.
Sementara itu, penulis Eka Kurniawan mengatakan menjadi seorang penulis dapat diawali dengan membaca. Namun, kebiasaan membaca buku bukan hal yang muncul secara alamiah, namun harus dimulai sedari dini.
“Baca itu harus diperkenalkan kepada anak-anak melalui orang tua, guru atau siapapun. Dibiasakan dan kemudian dilatih, dan baru dari sana muncul kebiasaan,” ungkap penulis Cantik itu Luka tersebut dalam Rakornas Bidang Perpustakaan Tahun 2025.