loading…
Mahasiswa Teknik Logistik Universitas Pertamina (UPER), Faris Dwi Subagsar saat memaparkan hasil penelitian pada PT Transjakarta. Foto/UPER.
Pasca Covid-19, penumpang Transjakarta mengalami lonjakan yang signifikan. Namun keterbatasan armada bus berdampak penumpang mesti menunggu bus dalam waktu yang tak tentu.
Persoalan ini membawa Mahasiswa Teknik Logistik Universitas Pertamina (UPER), Faris Dwi Subagsar, merumuskan solusi berupa simulasi penjadwalan transportasi Transjakarta.
Faris menggunakan skema penjadwalan dengan menggunakan metode simulasi diskrit dengan bantuan software Promodel, untuk mengurangi waktu tunggu Transjakarta agar menghindari penumpukan penumpang.
Baca juga: 5 Universitas Ini Sudah Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru Angkatan 2024, Mana Saja?
“Penelitian ini bermula saat saya merasa perjalanan saya selama menggunakan transportasi massal seperti Transjakarta cukup memakan waktu yang lama sehingga terjadi penumpukan penumpang. Pada akhirnya hal ini menjadi motivasi saya untuk meneliti mengenai efisiensi rute Transjakarta untuk mempersingkat waktu tunggu,” ujar Faris, melalui siaran pers, Minggu (8/10/2023).
Simulasi diskrit merupakan metode yang digunakan untuk memodelkan dan menganalisis sistem berdasarkan kejadian diskrit. Dalam simulasi tersebut melibatkan sejumlah komponen yaitu rute Transjakarta dan pengguna layanan bus. Riset Faris yang mempertimbangkan faktor jarak, waktu tempuh dan permintaan penumpang berhasil meningkatkan efisiensi Transjakarta.
“Pada mulanya penumpang Transjakarta harus menunggu sekitar 23 menit, kondisi ini terbilang cukup lama. Hasil simulasi diskrit menghasilkan skenario terbaik yang mengurangi waktu tunggu menjadi hanya 10,4 menit. Dengan kedatangan bus tiap 3 menit sekali, maka diperlukan 42 unit bus gandeng dan 31 unit bus gandeng kosong,” jelas Faris.
Baca juga: Ingin Mudah Diterima Kuliah, Ini 9 Jurusan Soshum Sepi Peminat di UNJ
Hasil riset Faris menarik perhatian pemerintah DKI Jakarta khususnya pengelola Transjakarta. Mereka telah bertemu untuk membahas peluang kerja sama dalam upaya peningkatan pelayanan melalui efisiensi waktu tunggu penumpang.
Rektor UPER Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir menyebut riset Faris dimungkinkan karena kurikulum UPER yang sejalan dengan kebutuhan industri untuk mengatasi permasalahan nyata.
“UPER memberikan pengajaran berdasarkan kurikulum yang telah dibentuk bersama industri. Dibimbing oleh dosen ahli dan praktisi, UPER juga menggelar proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa dalam riset yang menjawab permasalahan secara nyata,” jelas Prof. Wawan.
(nnz)