Jakarta, CNN Indonesia —
Amerika Serikat mengklaim siap membantu China dengan cara apa pun ketika Negeri Tirai Bambu dilanda lonjakan Covid-19 hingga menembus 2.000 kasus pada pekan ini.
“Kami telah menegaskan bahwa kami siap membantu dengan cara apa pun yang menurut mereka bisa diterima,” kata juru bicara keamanan nasional AS, John Kirby, pada Rabu (14/12), seperti dikutip Reuters.
Kirby menawarkan bantuan ini setelah China melaporkan 2.249 kasus Covid-19 dalam 24 jam hingga Rabu (14/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pandemi benar-benar sedang berkecamuk,” ucap Kirby.
Di hari yang sama, perusahaan farmasi China, Meheco Group Co LtD, dan perusahaan farmasi AS, Pfizer, menandatangani kesepakatan untuk mengimpor dan mendistribusikan pil Covid, Paxlovid, di China.
Selain itu, Pfizer juga telah bersepakat dengan perusahaan farmasi lain, Zhejiang Huahai, untuk memproduksi Paxlovid di China. Obat itu nantinya ditujukan bagi pasien Covid di Negeri Tirai Bambu.
Sebelumnya, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan pejabat China dan AS membahas perbedaan kedua negara dalam menangani Covid-19.
Namun, dia tak memberikan informasi lebih lanjut strategi Covid-19 mana yang mereka bahas.
“Saya ingin memberi kesempatan bagi kami [pemerintah AS] untuk bisa melakukan percakapan yang sensitif melalui saluran diplomatik. Kami akan melihat bagaimana hasil percakapan itu,” kata Sullivan.
Kasus Covid di China melonjak setelah mereka melonggarkan aturan pencegahan infeksi virus corona di tengah tekanan warga.
Komisi Kesehatan Nasional (NHC) menyatakan tes PCR massal akan dikurangi. Mereka juga akan menerapkan karantina mandiri bagi pasien positif Covid-19 yang bergejala sedang dan tanpa gejala.
Pemerintah juga mencabut syarat negatif Covid-19 dalam waktu 48 jam bagi pelaku perjalanan antar provinsi.
Setelah pelonggaran itu, kasus Covid memang naik. Namun, pihak berwenang melaporkan mayoritas kasus itu sebenarnya bergejala ringan atau tanpa gejala.
(isa/has)