Greysia Polii Akui Sempat Gangguan Mental, Hampir Nyerah Jadi Atlet karena Satu Hal Ini

Greysia Polii Akui Sempat Gangguan Mental, Hampir Nyerah Jadi Atlet karena Satu Hal Ini

Suara.com – Tidak banyak yang tahu, Peraih Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020 Greysia Polii pernah mengalami kondisi drop atau gangguan mental, karena tidak bisa servis bulutangkis.

Kenyataan ini diungkap langsung sahabat kecil Greysia, Pastor Gea Denanda yang melihat langsung kejadian tersebut, bagaimana saat itu sahabatnya sangat drop karena atlet bulutangkis nasional Indonesia tidak bisa lakukan pukulan pertama.

“Jadi Greys ini, pernah ada satu momen down banget, sampai ke dalam karir bulu tangkis itu, dia pemain double tapi nggak bisa servis. Kalau main bulutangkis servis sesuatu yang sangat penting, itu kayak peluru pertama,” ungkap Pastor Gea dalam acara Gerakan Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri di Indonesia, di Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Sabtu (29/10/2022).

Pebulu tangkis ganda putri Indonesia Greysia Polii (kiri) menghadiri acara "Testimonial Day Greysia Polii" di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (12/6/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Pebulu tangkis ganda putri Indonesia Greysia Polii (kiri) menghadiri acara “Testimonial Day Greysia Polii” di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (12/6/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Pastor Gea mengatakan saat itu kondisi mantan atlet bulutangkis Indonesia itu memang sedang alami trauma atau ada cidera di tubuhnya, yang kebanyakan orang tidak tahu kondisi tersebut.

Baca Juga:
Rambah Dunia Fesyen, Gresysia Polii Buka Toko Sepatu dan Pakaian

Jadilah Greys mendapatkan judge, hingga membuatnya sangat depresi atau down yang membuatnya tidak mampu mengendarai mobil. Bahkan menurut Pastor Gea, kondisi saat itu nyaris membuat Greys ingin menyerah sebagai atlet.

“Jadi ada satu momen di mobil dimana dia udah mau give up, sangat mau give up, karena dia merasa gagal dia nggak bisa servis. Kedua, dia nyetir aja nggak bisa, karena saking sakitnya, jujur saya di situ nggak tahu harus ngomong apa,” cerita Pastor Gea.

“Bukan sakit badannya, tapi sakit jiwanya merambat ke tangan, kalau saya di situ saya nggak tahu harus ngomong apa,” lanjutnya.

Hasilnya, meski tidak tahu harus berkata apa yang dilakukan Pastor Gea saat itu hanyalah mendengarkan cerita Geysia, dan tidak menjugde atau menghakimi sahabatnya.

“Ini karena saya nggak tahu yang dia rasakan sepenuhnya, saya cuma bisa ada di situ dan cuma bisa bilang its oke,” kata Pastor Gea.

Baca Juga:
4 Langkah Mengurangi Stigma dan Diskriminasi pada Kesehatan Mental

Cerita ini dibenarkan langsung oleh Greysia Polii, yang mengatakan pentingnya memiliki sahabat atau lingkungan sekitar sebagai support sistem saat mentalnya sedang jatuh atau down. Bahkan keberadaan mereka sangat penting untuk di kehidupan mendatang.

Scroll to Top