Jakarta, CNN Indonesia —
Bayangkan menjadi orang terkaya di negara berpendapatan tinggi? Ya, itu lah Kristo Kaarman. Pendiri dan CEO Transferwise itu menyandang predikat orang terkaya di Estonia, satu-satunya dalam daftar Forbes Billionaire.
Tetapi, bukan berarti 1,4 juta penduduk Estonia lainnya miskin. Estonia memang dikenal sebagai negara dengan pendapatan tinggi oleh PBB dan dicap sebagai negara maju di Uni Eropa.
Kaarman mengantongi kekayaan bersih US$1,5 miliar atau setara Rp23,2 triliun (kurs Rp15.520 per dolar AS) per akhir Oktober 2022.
Bagaimana ia menjadi kaya raya?
Kaarman mendirikan startup pembayaran atau pengiriman uang lintas bantas Transferwise pada 2011 silam. Selang 10 tahun berjalan, perusahaan rintisan ini berhasil mencatatkan sahamnya di Bursa Efek London.
Awalnya, ia hanya lah karyawan Deloitte Consulting dan PriceWaterhouseCoopers. Ia ditempatkan menjadi konsultan manajemen di perbankan dan perusahaan asuransi Eropa untuk memodernisasi proses dan sistem mereka.
Kaarman gemas dengan proses dan sistem industri keuangan. Dari pengamatannya, ia menilai ada ketidakefisienan dalam pembayaran atau pengiriman uang.
Tidak cuma itu, berdasarkan pengalamannya, ia mengaku kerap kehilangan uang saat melakukan transfer di bank. Belum lagi, biaya yang dibebankan untuk mengirim uang pun ‘selangit.’
“Faktanya, perbankan internasional tidak pernah benar-benar ada,” ujar Kaarman dilansir dari blog wise.com.
Dari sana, Kaarman merangkul Taavet Hinrikus, yang pada saat itu menjabat sebagai direktur strategi Skype untuk bekerja sama.
Keduanya sepakat untuk mengembangkan sistem baru, benar-benar baru, untuk melakukan pembayaran dan pengiriman uang lintas negara dengan biaya semurah mungkin.
Miliarder Peter Thiel dan Richard Branson tercatat menjadi investor awal startup milik Kaarman dan Hinrikus tersebut. Diikuti oleh modal ventura (VC) Andreessen Horowitz dan Baillie Gifford.
Abakadabra, Transferwise berhasil menjadi bisnis transfer internasional peer to peer (P2P), sekaligus menjadi bisnis remitansi pertama yang tidak melibatkan perbankan.
Bahkan, kesuksesan Transferwise membawa Kaarman sebagai salah satu pelopor teknologi dalam World Economic Forum (WEF) 2015.
“Orang-orang berhak mendapatkan yang lebih baik daripada biaya tersembunyi, nilai tukar yang di-mark up, dan transfer yang lambat ketika uang mereka melintasi perbatasan,” imbuh Kaarman.