Suara.com – Ukraina menuduh Rusia telah merusak maupun menghancurkan 59 situs keagamaan sejak invasi dimulai.
Ini termasuk katedral Ortodoks yang menaranya hancur, sebuah sekolah Yahudi yang terdampak serangan bom, dan gereja-gereja paroki yang hampir seluruhnya rata dengan tanah.
Menurut Konvensi Den Haag, menargetkan monumen bersejarah dan situs warisan budaya adalah kejahatan perang di bawah hukum internasional.
Rusia membantah menargetkan situs keagamaan, namun BBC telah mengidentifikasi sejumlah situs keagamaan yang mengalami kerusakan.
Baca Juga:
Memasuki Hari Ke-40 Peta Perang Di Ukraina Berubah, Pasukan Rusia Mundur Dari Beberapa Kota
Katedral yang luluh lantak
Kantor Pariwisata Mariupol menggambarkan Katedral St Michael sebagai “tempat paling indah” di distrik Tepi Timur kota.
Katedral yang dibuka pada 1997 itu menawarkan “pemandangan ke Laut Azov, perbukitan hijau dan desa-desa pesisir”. Tak heran banyak jemaat dan pengunjung yang datang.
Baca juga:
Namun, setelah pengeboman Rusia yang sudah berlangsung berminggu-minggu tanpa henti di kota pelabuhan selatan Ukraina itu, kubah mahkota katedral Ortodoks sekarang hancur, begitu pun temboknya.
Kaca-kaca jendela pecah dan dinding bata merahnya kini menganga.
Gereja paroki hancur
Sebuah gereja di desa kecil Yasnohorodka, sekitar 40 kilometer barat Kyiv, juga terkena serangan, kata pengurus Gereja Ortodoks Ukraina.
Dua peluru dilaporkan menghantam kubah di atas Gereja Kelahiran Perawan yang Terberkati pada 5 Maret lalu. Akibatnya, menara loncengnya rusak serius.
Jendela dan pintunya juga dilaporkan dipenuhi lubang peluru dari senapan mesin kaliber berat.
Di tengah pertempuran sengit, serangan Rusia di desa sore itu juga menewaskan seorang pendeta dari jemaat desa lainnya.
Sebuah sinagoga dihantam
Peluru artileri Rusia meledakkan melubangi atap yeshiva, yang digunakan untuk belajar agama, di kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv, kata komunitas Yahudi kota itu dalam sebuah unggahan di laman Facebook mereka.
Gedung yeshiva juga berfungsi sebagai sinagoga, sekolah menengah dan asrama.
“Roket itu tidak meledak tetapi meninggalkan lubang besar di atapnya,” kata istri kepala rabi Kharkiv, Moshe Moskovitz, kepada situs berita berbahasa Ibrani 0404.
Serangan itu memicu kepala Organisasi Sinagoga Dunia, David Ben-Na’eh, menulis surat kepada kepala rabi Rusia, Berel Lazar. Dia mendesak Berel untuk meminta Vladimir Putin memerintahkan militer Rusia berhenti merusak sinagoga dan tempat-tempat suci.
“Sinagoga adalah ‘kuil kecil’ bagi orang-orang Yahudi di mana pun. Sinagoga telah menjadi andalan orang Yahudi di mana pun di dunia selama ribuan tahun,” tulis David, sambil mendesak Rusia untuk menjaga “kesucian dan integritas” mereka.
Rusia bantah menyerang kota suci Yahudi
Dalam pidatonya untuk parlemen Israel pekan lalu, Presiden Ukraina, Zelensky, mengklaim Rusia telah menyerang kota Uman, sebuah situs yang dihormati orang Yahudi Hasid.
Zelensky, yang beragama Yahudi, mengatakan roket Rusia menghantam kota itu pada hari pertama invasi pada Februari. Puluhan ribu orang Yahudi Hasid melakukan perjalanan ke Uman setiap Rosh Hashanah (Tahun Baru Yahudi) untuk mengunjungi makam Rabi Nachman dari Breslov, yang menghidupkan kembali gerakan Hasid dan meninggal dunia pada 1810.
Moskow membantah klaim tersebut dengan membagikan gambar yang menunjukkan pasukan Ukraina sedang mengisi senjata di dekat sebuah sinagog di sana.
“Saya ingin menggarisbawahi bahwa angkatan bersenjata Rusia tidak menyerang sasaran sipil sebagai bagian dari operasi militer khusus,” kata juru bicara kementerian pertahanan Rusia Igor Konashenkov.
Namun, komunitas Yahudi Uman membantah klaim terkait senjata di dekat atau di sinagoga yang dimaksud.
“Semua sinagoga dan situs Yahudi di Ukraina digunakan secara eksklusif untuk tujuan yang dimaksudkan, untuk melakukan kegiatan keagamaan atau untuk membantu anggota komunitas Yahudi dan penduduk lokal,” tulis Komunitas Yahudi Bersatu Ukraina di laman Telegramnya.
Irina Rybnitskaya, salah satu orang Yahudi yang tersisa di Uman, mengatakan kepada surat kabar Israel Haaretz bahwa klaim Moskow “tidak benar”.
“Tidak ada yang menggunakan sinagoga kecuali sesuai dengan penggunaannya,” katanya.
Gereja yang hancur di kota yang hancur
Sebuah gereja di tenggara kota Volnovakha mengalami kerusakan parah setelah Rusia menyerang selama berhari-hari.
Kuil Gereja Ortodoks Ukraina di kota itu, yang dibangun untuk menghormati tentara Ukraina yang tewas dalam pertempuran melawan militan pro-Rusia pada 2014, runtuh. Kubah emas gereja hancur dan kayu-kayu penyangganya tercerai-berai.
Gubernur Donetsk mengatakan Volnovakha – yang pernah ditinggali 22.000 orang – kini “tidak ada lagi”.
Gambar satelit yang dibagikan oleh Maxar Technologies, diambil sebelum dan sesudah serangan, memperlihatkan tingkat kerusakan.
Kehancuran situs spiritual di Ukraina membuat banyak komunitas agamanya sangat terguncang.
“Ini semacam mimpi buruk, saya tidak dapat menemukan kata-kata untuk menggambarkan ini,” kata Sergiy Berezhoy, seorang pendeta asal Kyiv dari Gereja Ortodoks Ukraina.
“Ini mengerikan, tidak manusiawi,” katanya kepada BBC. “Saya tidak tahu mengapa tentara Rusia menyerang gereja – jika kita orang Kristen, kita harus peduli dengan perdamaian.”
Berezhoy mengatakan dia masih mengadakan kebaktian skala kecil di gerejanya yang terletak di ibu kota, di tengah jam malam dan serangan udara.
“Ini adalah tempat orang-orang dapat menemukan bantuan dan dukungan,” katanya. “Kami berdoa untuk negara kami – untuk seluruh Ukraina, untuk menyelamatkan mereka.”