Tiga pekan lebih invasi Rusia ke Ukraina berlangsung, Moskow masih terus menggempur negara eks Uni Soviet tersebut tanpa ampun.
Pasukan Rusia masih berupaya menduduki sejumlah kota strategis termasuk Ibu Kota Kyiv. Rentetan rudal dan roket Rusia pun terus menyasar sejumlah titik di Ukraina, termasuk apartemen hingga pusat perbelanjaan.
Di tengah tekanan agresi Rusia, Kyiv masih menyerukan bantuan dari negara lain, termasuk ajakan bagi para warga asing yang mau bergabung sebagai relawan pasukan Ukraina.
Sejauh ini, Ukraina mengklaim telah menerima lebih dari 10 ribu warga asing yang menyatakan diri ingin bergabung dengan pasukannya.
Satu di antara relawan perang itu ialah
tiga warga Amerika Serikat yang telah ikut bertempur melawan tentara Rusia di garis terdepan perang dekat Ibu Kota KYiv.
Satu dqri ketiga warga AS itu merupakan mahasiswi dari New York yang bekeja di Bandara John F Kennedy (JFK), Alexis Antilla.
Antilla mengaku merasa tergerak untuk bergabung dengan tentara Ukraina. Salah satu alasannya adalah menghentikan penderitaan warga sipil akibat agresi Rusia.
Ia juga rela mempertaruhkan nyawanya demi memperjuangkan kebebasan Ukraina yang menurutnya negara merdeka dan berdaulat.
“Saya merasa terpanggil untuk datang ke sini, saya merasa ini merupakan hal yang benar untuk dilakukan, saya merasa apa yang terjadi di sini, apa yang [Presiden Rusia Vladimir] Putin lakukan, sangat jahat,” kata Alexis Antilla kepada Reuters.
Antilla menuturkan ia kini bertugas sebagai petugas medis militer di lapangan.
“Tidak perlu membuat jutaan orang mengalami kesulitan dan penyiksaan yang mereka alami saat ini, dan saya merasa saya harus berada di sini untuk membantu mereka dengan berbagai cara yang bisa saya lakukan,” ucap Antilla.
Antilla tergabung dalam satu kelompok petarung bersama dua warga AS lain. Ia bercerita, kendaraan yang ditumpangi kelompoknya sempat mengenai ranjau darat yang terletak di garis depan dekat ibu kota Kyiv pada Minggu (20/3).
Akibat insiden itu, ia bersama dua WN AS lainnya mengalami luka. Salah satu tentara Ukraina yang turut dalam kelompoknya bahkan menderita luka sangat serius hingga segera dilarikan ke Rumah Sakit Brovary.
“Saya pikir dia sudah mati, dia tersungkur dan tidak merespons,” cerita Antilla.
“Saat api mulai mengenainya, ia sadar dan kami bisa menyelamatkannya,” lanjutnya.
Selain itu, Antilla mengatakan ranjau darat kedua meledak tak lama setelah ledakan pertama, membuat amunisi yang dibawa kelompoknya bertebaran.
Meski hampir mendekati maut, Antilla mengatakan ia masih ingin kembali ke garis depan guna membantu perjuangan Ukraina.
Rekan Antilla, Red Taylor, mengatakan bahwa rekan mereka yang merupakan tentara Ukraina sempat melihat ranjau sebelum sempat meledak.
Tetapi romongannya itu tak dapat menghindarinya.
tidak bisa menghitung dan berhenti bahkan sedetik kala dia [warga Ukraina] mengatakan ada ranjau darat di seluruh tempat dan kemudian ‘boom’ [meledak].”
Satu warga AS lainnya yang dikenal dengan sebutan Rob bahkan menjadi komandan pasukan tersebut. Rob diketahui berasal dari Connecticut, AS, dan telah bertempur di Ukraina sejak awal invasi berlangsung.
“Saya tidak suka apa yang mereka [Rusia] lakukan kepada warga sipil dan apa yang mereka lakukan kepada semua orang ini. Anggota tim saya dan saya merasakan hal yang sama. Harus ada keadilan di dunia ini untuk masyarakat yang ingin hidup bebas, dan itulah yang kami perjuangkan,” kata Rob.
Rusia memutuskan menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu dengan dalih tuduhan genosida dan ketidakadilan yang diterima sejumlah warga berbahasa Rusia di timur negara itu.
Namun, pertahanan Ukraina ternyata cukup sengit dan membuat pasukan Rusia sampai saat ini masih kewalahan mengepung beberapa kota besa termasuk ibu kota Kyiv.
Meski demikian, kesenjangan militer antara kedua negara membuat Presiden Volodymyr Zelensky memutuskan membuka peluang bagi warga asing yang ingin bergabung dalam ‘legiun internasional’ Ukraina.
(pwn/rds)