Rentetan ledakan terdengar secara berurutan di Ibu Kota Kyiv, Ukraina, pada Jumat (4/3) petang hingga memicu sirene darurat berbunyi di penjuru kota.
Salah satu roket Rusia menerjang permukiman pedesaan di pinggiran Kyiv hingga menewaskan tujuh orang termasuk dua anak-anak, menurut Kepolisian Ukraina.
Dikutip Reuters, polisi memaparkan gempuran udara Rusia itu menghantam desa Markhalivka, sekitar 10 kilometer dari pinggiran barat daya Kyiv.
Sementara itu, CNN melaporkan sejumlah video beredar di media sosial yang memperlihatkan ledakan dahsyat di barat pinggiran Kyiv.
Salah satu video menunjukkan distrik Chaika di barat Kyiv porak-poranda akibat terjangan yang kemungkinan merupakan rudal Rusia.
Serangan itu menyebabkan kerusakan besar pada gedung-gedung bertingkat di sekitarnya.
Menurut pemetaan geografis CNN, dari bangunan-bangunan yang hancur itu tampak wilayah yang terkena gempuran rudal Rusia merupakan pusat distrik yang dikelilingi tanah terbuka.
Ledakan itu dikabarkan bergema hingga ke seluruh kota. Meski begitu, belum ada laporan terkait potensi korban jiwa dan luka dalam serangan terbaru Rusia tersebut.
Ukraina terus berada dalam tekanan di hari kedelapan invasi Rusia berlangsung. Meski menggempur berbagai kota strategis, tentara Rusia disebut berfokus untuk menduduki Ibu Kota Kyiv.
Selama beberapa hari terakhir, penduduk ibu kota Ukraina terus mempersiapkan diri menghadapi kedatangan konvoi militer Rusia sepanjang 60 kilometer terdiri dari tank, kendaraan lapis baja, dan artileri.
ementerian pertahanan Inggris mengatakan konvoi itu tampaknya terhenti sekitar 30 kilometer (19 mil) di luar Kyiv dan hanya membuat sedikit kemajuan selama tiga hari terakhir.
“Bagian utama dari kelompok besar Rusia yang bergerak maju di Kyiv tetap berada lebih dari 30 km dari pusat kota. Mereka telah tertunda oleh perlawanan Ukraina yang gigih, kerusakan mekanis, dan kemacetan.
Kelompok tersebut telah membuat sedikit kemajuan yang terlihat dalam lebih dari tiga hari,” kata kementerian pertahanan Inggris dalam sebuah pernyataan.
Di hari yang sama, Rusia juga menduduki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang merupakan PLTN terbesar di Eropa.
PLTN Zaporizhzhia bahkan sempat terbakar akibat pertempuran sengit tentara Ukraina dan Rusia.
PLTN Zaporizhzhia pun menyatakan tetap beroperasi normal meski di bawah todongan senjata tentara Rusia.
Dengan begitu, selama delapan hari invasi berlangsung, Rusia berhasil menduduki dua dari empat PLTN Ukraina.
(rds)