loading…
Pemprov DKI mengklaim indeks kemacetan di Jakarta menurun. Foto/Dok SINDOnews
Syafrin mengatakan telah dilaksanakan penataan stasiun KRL yang terintegrasi dengan Transjakarta juga MRT atau LRT dan perbaikan sistem integrasi angkutan umum melalui Program JakLingko. Hadirnya sistem integrasi membuat aksesibilitas menjadi teratur dan tertata.
”Sehingga mobilitas masyarakat termasuk aksesibilitas pejalan kaki serta integrasi antar moda menjadi teratur dan tertata,” kata Syafrin, Jumat (11/2/2022). Baca juga: 4 Kota Paling Tenang di Dunia, Nomor 3 Kemacetan Lalu Lintasnya Sangat Rendah
Selanjutnya, Pemprov DKI berupaya dalam peningkatan kualitas dan area jangkau angkutan umum di DKI Jakarta sehingga minat masyarakat untuk beralih dari penggunaan kendaaan pribadi ke angkutan umum menjadi lebih tinggi.
Kemudian, penambahan dan revitalisasi trotoar, serta penambahan jalur sepeda sehingga meningkatkan minat masyarakat menggunakan moda transportasi yang ramah lingkungan. Pada 2021, Dishub DKI telah melaksanakan penanganan pada 38 titik kemacetan.
Sejak tahun 2018 sampai dengan akhir tahun 2021 telah terdapat 108 titik kemacetan yang telah berhasil ditangani, target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk kecepatan rata-rata di 41 koridor jalan utama pada jam sibuk terlampaui, yaitu 24,91 km/jam.
”Telah dilaksanakan kebijakan pembatasan lalu lintas yaitu penerapan kebijakan pembatasan lalu lintas dengan sistem Ganjil-Genap pada 25 ruas jalan utama di jam-jam sibuk, yaitu hari Senin-Jumat, pukul 06.00 – 10.00 WIB dan 16.00 – 21.00 WIB,” ungkapnya. Baca juga: Ibu Kota Pindah, Anies: Tak Ada Efek Atasi Kemacetan Jakarta
Dimana pada masa pengendalian Covid-19 ini jumlah ruas jalan ganjil genap hanya pada 13 ruas jalan serta pada pintu-pintu masuk tempat wisata utama, yaitu di Ancol Taman Impian, Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Margasatwa Ragunan mulai Jumat dan Minggu,” tambahnya.
Syafri menuturkan Pemprov DKI berupaya untuk mengatasi persoalan kemacetan di Jakarta dengan mengembangkan kota Jakarta sebagai kota transit yang merupakan implikasi logis dari wilayah aglomerasi.