loading…
Dea sudah malang melintang di dunia prostitusi. Mulanya bekerja sebagai terapis plus plus kini menjadi PSK online apartemen.
Sebenarnya pekerjaan Dea sudah di jalan benar yakni pegawai toko pakaian di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Perkenalan dengan seorang perempuan pelanggan toko yang akhirnya “menjerumuskan” Dea bekerja di tempat spa dan sauna, selain kebutuhan ekonomi kian mendesak.
Baca juga: Pengakuan Cantika Terapis Plus Plus: Layani Tamu Wangi hingga Bau Badan
Dea pun memberanikan diri bertemu bos spa dan sauna. “Saya kemudian diminta ikut pelatihan bagaimana cara memijat dan lainnya,” ujarnya di salah satu apartemen Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Saat bekerja di spa dan sauna plus plus, dia juga mengaku sudah tidak perawan. “Awalnya memang agak canggung, tapi lama kelamaan menjadi terbiasa,” ucapnya.
Sekian bulan menjalani terapis plus plus dengan uang tambahan tip Rp300 ribu, namun tempatnya bekerja terimbas pandemi. Dea pun berhenti. Dia harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya. Akhirnya dia beralih menjadi PSK online yang biasa beroperasi dari apartemen ke apartemen.
Dea membanderol Rp750 ribu sekali main. Dia menjajakan sendiri melalui aplikasi percakapan tanpa mucikari. Alasannya penghasilannya bisa lebih besar dibandingkan bekerja dengan bantuan orang lain.
Menurutnya, tidak mudah bekerja seperti ini sendiri. Banyak pengalaman buruk yang terjadi misalnya pria hidung belang yang hanya tanya-tanya atau mem-bully-nya. “Kalau itu sudah risiko, jadi saya anggap hal biasa,” ucapnya.
Baca juga: Blak-blakan Indah Karyawati Bank Swasta Nyambi PSK Online karena Hiperseks
Perlu diketahui, Dea merupakan salah satu dari sekian banyak terapis yang terimbas pandemi Covid-19 kemudian beralih menjadi PSK online. Mereka juga harus mengirimkan uang keluarga di kampung dan belum lagi membiayai kebutuhan sehari-hari.
“Mulai dari cicilan mobil, transportasi kerja sampai bayar kos-kosan,” kata Re (24), terapis di spa dan sauna Cengkareng, Jakarta Barat.
Seharian bekerja sebagai terapis, dia mendapatkan penghasilan Rp1 juta-Rp2 juta. Jumlah itu masih kurang mengingat kebutuhannya cukup tinggi. Dia harus mengirimkan Rp5 juta-Rp7 juta untuk keluarga di kampung, sementara sewa kos-kosan dia merogoh Rp2 juta per bulan dan transportasi Rp100 ribu-Rp200 ribu per hari.
(jon)