IOC Kawal Kasus Peng Shuai yang Dipaksa Layani Syahwat Eks Wakil PM China

IOC Kawal Kasus Peng Shuai yang Dipaksa Layani Syahwat Eks Wakil PM China

IOC Kawal Kasus Peng Shuai yang Dipaksa Layani Syahwat Eks Wakil PM China

Petenis China, Peng Shuai, saat tampil di Olimpiade Beijing 2008. Foto: REUTERS/Toby Melville/File Photo

LAUSANNE – Komite Olimpiade Internasional ( IOC ) turun tangan mengawal kasus Peng Shuai- petenis China yang dipaksa melayani syahwat eks wakil Perdana Menteri Zhang Gaoli. IOC berjanji memberi pendampingan kepada sang petenis.

Dalam pernyataan resminya, IOC menyatakan telah melakukan panggilan video kedua dengan mantan petenis nomor satu dunia nomor ganda Peng Shuai di tengah kekhawatiran dunia tentang keselataman petenis China tersebut.

Baca Juga: Kisah Petenis Dipaksa Layani Nafsu Seks Eks Wakil PM China

IOC mengatakan telah melakukan panggilan, setelah pertama kali berbicara dengan petenis tersebut pada 21 November, Rabu malam waktu Swiss, tepat sebelum Asosiasi Tenis Perempuan (WTA) mengumumkan penangguhan semua turnamen di China karena kekhwatiran tentang keselamatan petenis tersebut.

“Kami memiliki kepedulian yang sama seperti banyak orang dan organisasi lain tentang kesejahteraan dan keselamatan Peng Shuai. Inilah sebabnya, baru kemarin tim IOC mengadakan panggilan video lagi dengannya,” kata IOC dikutip dari Reuters, Kamis (2/12/2021).

“Kami telah menawarkan dukungan luas kepadanya, dan akan tetap berhubungan secara teratur dengannya, dan telah menyetujui pertemuan pribadi pada Januari.”

IOC menambahkan Peng tampaknya “aman dan baik mengingat situasi sulit yang dia hadapi.” Situasi di China kini dalam pantauan serius IOC mengingat Beijing akan menjadi tuan rumah Olimpiade musim dingin 2022 pada Februari.

Keberadaan Peng, atlet Olimpiade tiga kali, menjadi perhatian internasional setelah hampir tiga pekan absen di hadapan publik usai mengunggah pesan di media sosial pada awal November yang menyebutkan bahwa mantan wakil perdana menteri China Zhang Gaoli telah melakukan pelecehan seksual terhadapnya.

Baik Zhang, yang pensiun pada 2018, maupun pemerintah China tidak mengomentari pernyataan Peng, dan topik tersebut telah diblokir dari diskusi langsung di internet China yang sangat disensor.

Keputusan WTA yang bermarkas di AS untuk menjauh dari salah satu pasar terbesarnya itu mendapat dukungan dari banyak tokoh tenis terkemuka dunia, meskipun keputusan tersebut berisiko ratusan juta dolar dalam pendapatan dan sponsor.

(sto)

Scroll to Top