Gerakan Islam Hamas telah memperingatkan “dampak” atas rencana Presiden Israel untuk mengunjungi situs suci yang disengketakan di Tepi Barat yang diduduki selama festival Yahudi Hanukkah.
Pada hari Jumat (26/11), kantor Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan dia akan mengambil bagian dalam upacara menyalakan lilin pada hari Minggu (28/11) di Cave of the Patriarchs (Gua Para Leluhur) di Hebron.
Situs suci, yang dikenal umat Islam sebagai masjid Ibrahim dan orang Yahudi sebagai Gua Patriark, dihormati oleh kedua agama.
Hebron, yang merupakan kota terbesar di Tepi Barat, adalah rumah bagi sekitar 1.000 warga Yahudi yang hidup di bawah perlindungan militer Israel, di antara lebih dari 200 ribu warga Palestina.
“Pendudukan Israel harus bertanggung jawab penuh atas dampak serangan ini,” kata Ismail Radwan, seorang pejabat senior Hamas, dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, seperti yang dikutip dari AFP.
Penyalaan lilin “adalah provokasi perasaan orang Palestina dan penodaan terang-terangan terhadap kesucian masjid,” katanya, menyerukan warga Palestina “untuk menangkal langkah provokatif ini”.
Hebron sering dilanda kerusuhan, dan kuil yang diyakini sebagai tempat pemakaman tokoh-tokoh alkitabiah termasuk Abraham, sering menjadi titik pusat ketegangan.
Pada tahun 1994, pemukim Israel Baruch Goldstein membunuh 29 jamaah Muslim Palestina di dalam kuil dengan senapan serbu sebelum dipukuli sampai mati oleh para korban yang selamat.
Pengumuman oleh kantor Herzog juga memicu kemarahan partai anti-pemukiman Meretz sayap kiri Israel.
Pada hari Jumat, Inggris secara resmi menetapkan semua Hamas sebagai “organisasi teroris Islam”.
Brigade Al-Qassam, sayap militer dari kelompok yang menguasai Jalur Gaza, telah dilarang di Inggris sejak 2001 tetapi larangan itu kini telah diperluas ke entitas politiknya.
(AFP/ard)