Suara.com – Varian Delta COVID-19 disebut-sebut sebagai biang kerok peningkatan kasus COVID-19 di seluruh dunia.
Namun laporan terbaru dari pemerintah Rusia melaporkan sejumlah infeksi COVID-19 varian baru yang diyakini lebih menular dari varian Delta.
Kantor Berita RIA mengatakan ada kemungkinan bahwa varian AY42 akan menyebar luas, mengutip peneliti senior dari pengawas konsumen negara Kamil Khafizov.
Varian itu dapat menyebabkan tingkat infeksi baru COVID-19, yang sudah mencapai rekor tertinggi di Rusia, melesat lebih tinggi.
Baca Juga:
Aturan Baru Perjalanan Domestik: Penumpang Pesawat Wajib PCR, Kapasitas 100 Persen
Varian baru bahkan pada akhirnya mampu menggantikan varian Delta, meski prosesnya cenderung lama, katanya.
Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini menyetujui usulan untuk menutup tempat kerja selama sepekan mulai awal November setelah kematian COVID-19 harian di negara itu mencapai rekor baru 1.028 kematian sehari pada Rabu, dengan 34.073 infeksi baru.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masih meninjau penggunaan darurat untuk vaksin COVID-19 Sputnik V buatan Rusia, menurut informasi terkini di situs WHO, Rabu (20/10).
“Seperti calon-calon vaksin lainnya, WHO masih memproses vaksin Sputnik V dari berbagai lokasi manufaktur dan akan memublikasikan keputusan mereka mengenai status EUL (Izin Penggunaan Darurat) begitu semua data tersedia dan evaluasi rampung,” tulis pernyataan WHO kepada Reuters via email.
WHO mengaku sudah memulai kembali proses penilaian vaksin Rusia tersebut dan menunggu kelengkapan unit-unit data yang diajukan secara terpisah (rolling submission).
Baca Juga:
Vaksin Covid-19 Covaxin Aman untuk Anak-Anak, Ketahui Efek Sampingnya
Russian Direct Investment Fund (RDIF), yang memasarkan Sputnik V di luar negeri, mengatakan sekelompok pengawas WHO akan segera mengunjungi Rusia untuk “mengumpulkan semua tinjauan dan dokumen yang diperlukan tentang Sputnik V.”