BPOM Ungkap 5 Tantangan Pengembangan Jamu Jadi Obat Fitofarmaka

BPOM Ungkap 5 Tantangan Pengembangan Jamu Jadi Obat Fitofarmaka

Suara.com – Pengembangan jamu menjadi obat herbal terstandar (OHT) alias fitofarmaka butuh perhatian khusus dari pemerintah.

Melansir ANTARA Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito mengatakan pengembangan jamu menjadi obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka membutuhkan peningkatan kemampuan industri hingga dukungan pendanaan uji klinik.

“Dalam pengembangan obat bahan alam atau jamu jadi OHT atau fitofarmaka telah teridentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh para peneliti dan industri tentunya antara lain perlunya untuk meningkatkan kemampuan industri atau lembaga penelitian untuk melakukan standardisasi senyawa aktif atau marker dari kandungan bahan baku herbal,” kata Penny dikutip dari ANTARA.

Penny menuturkan ada lima tantangan yang dihadapi dalam pengembangan obat bahan alam atau jamu menjadi OHT dan fitofarmaka, yakni kemampuan industri atau lembaga penelitian yang perlu ditingkatkan dalam melakukan standardisasi senyawa aktif.

Baca Juga:
BPOM Dorong Pengembangan Jamu Jadi Obat Fitofarmaka

Obat Herbal dan Obat Kimia (Shutterstock)
Obat Herbal dan Obat Kimia (Shutterstock)

Kemampuan untuk melaksanakan standardisasi senyawa aktif atau marker dari kandungan bahan baku herbal sangat penting karena konsistensi marker tersebut sangat mempengaruhi konsistensi dari khasiat dan keamanan dari produk uji nantinya.

Kemudian, masih ada ketergantungan impor bahan baku pembanding senyawa marker sehingga menjadi tantangan tersendiri di dalam analisis senyawa marker.

Selanjutnya, ada keterbatasan jenis hewan model yang dapat digunakan sehingga uji praklinik juga cukup mendapat tantangan untuk dilakukan dengan cepat.

Tantangan berikutnya adalah masih terbatasnya jumlah laboratorium hewan yang sudah menerapkan prinsip-prinsip Praktik Laboratorium yang Baik (Good Laboratory Practice) untuk pemeliharaan dan penanganan dari hewan uji.

Pada umumnya, uji klinik memerlukan biaya yang tinggi dan waktu yang relatif lama sehingga aspek rekrutmen dari subjek uji klinik juga menjadi tantangan tersendiri karena itu juga mengakibatkan jumlah subjek sedikit.

Baca Juga:
Segar dan Sehat, Cara Mudah Membuat Jamu Kunyit Asam di Rumah

“Juga berbagai tantangan lain yang perlu kita identifikasi dan bahas bersama untuk mencari jalan keluarnya,” tutur Penny.

Scroll to Top