Siberia menjadi sorotan baru-baru ini setelah fosil wanita muda asal Indonesia yang telah meninggal 7.000 tahun (70 abad) silam baru-baru ini ditemukan di situs arkeologi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Fosil wanita yang diberi nama Besse itu menarik perhatian karena disebut dapat mengubah sejarah soal asal usul ras manusia dan teori migrasi manusia purba. Sebab, Besse memiliki kemiripan karakter morfologis dengan bangsa Australo-Melanesia dengan DNA Denisovans.
Denisovans adalah sekelompok fosil manusia purba yang ditemukan di sebuah gua di Siberia pada 2010. Para ilmuwan hanya memahami sedikit tentang mereka, dan bahkan detail penampilan mereka tidak diketahui secara luas.
Siberia sendiri adalah salah satu wilayah di bagian Timur Rusia. Tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit bagi Presiden Rusia Vladimir Putin.
Putin beberapa kali kedapatan menghabiskan waktu liburannya menjelajahi alam dan hutan Siberia sambil berburu dan memancing.
Mengutip laman resmi Rusia, Siberia mencakup 30 persen wilayah Rusia yang terbentang dari Pegunungan Ural di barat ke Samudra Pasifik di timur. Sementara itu, wilayah selatannya berbatasan langsung dengan perbukitan Kazakhstan, Mongolia dan China.
Siberia terkenal akan suhu wilayahnya yang sangat dingin. Walaupun begitu, Siberia merupakan lokasi ideal bagi turis yang ingin merasakan keindahan alam yang murni, tak tersentuh manusia.
Letak geografis Siberia berada di benua Asia. Namun, karena Siberia telah menjadi bagian dari Rusia, wilayah itu secara kultur dan politik bagian dari benua Eropa.
Medio 1970 hingga awal 1980, Siberia dan wilayah timur Rusia lainnya menjadi fokus pembangunan Uni Soviet. Siberia Barat juga pernah dicanangkan sebagai wilayah penghasil energi terbesar Uni Soviet, mengingat daerah itu kaya akan minyak dan gas alam, dikutip dari Brookings.
Namun, rencana itu pupus. Perlambatan ekonomi di Soviet pada akhir 1970-an mengakhiri ambisi negara itu. Pada 1980-an, investasi besar-besaran di Siberia dan Timur Jauh Rusia tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Banyak proyek konstruksi besar dibiarkan mangkrak atau ditunda tanpa batas waktu.
Sebelum penjajahan Rusia dimulai pada akhir abad ke-16, Siberia dihuni oleh sejumlah besar kelompok etnis kecil yang anggotanya hidup sebagai pemburu-pengumpul atau sebagai pengembara pastoral yang mengandalkan rusa domestik, dikutip Britannica.
Sakha (Yakut) kelompok etnis terbesar kala itu, memelihara sapi dan kuda. Dampak ekspansi Rusia terhadap masyarakat adat ada dua; suku-suku yang lebih kecil dan lebih primitif menyerah pada eksploitasi dan penyakit impor, sementara kelompok-kelompok yang lebih besar seperti Sakha dan Buryat menyesuaikan diri dengan lebih baik dan mulai mengambil keuntungan dari penjajahan.
(pwn/rds)