4 Alasan Anak Mulai Merokok, Alami Cognitive Dissonance hingga Terpapar Konten

4 Alasan Anak Mulai Merokok, Alami Cognitive Dissonance hingga Terpapar Konten

4 Alasan Anak Mulai Merokok, Alami Cognitive Dissonance hingga Terpapar Konten

Suara.com – Aksi anak atau remaja yang ingin mencoba-coba merokok memang kerap terjadi. Bahkan, tak jarang aksi itu berubah menjadi kecanduan, sehingga kebiasaan itu bisa tidak sehat bagi mereka.

Sejumlah ahli pun mulai meneliti penyebab remaja mulai merokok. Ternyata, pemicunya tidak hanya pengaruh lingkungan dan pertemanan, tetapi juga banyak faktor lainnya.

Berikut sejumlah faktor yang bisa menyebabkan seorang anak atau remaja mulai merokok:

1. Faktor Cognitive Dissonance

Baca Juga:
Tidak hanya Lingkungan, Ini 4 Faktor Penyebab Remaja Mulai Merokok

Psikolog Klinis Liza Marielly Djaprie menjelaskan, salah satu alasan yang menyebabkan seorang anak merokok adalah mengalami cognitive dissonance hingga rasa stres.

“Kalau kita berbicara hubungan antara anak remaja dengan perilaku merokok, itu sebenarnya banyak faktor yang terlibat. Bisa karena mereka terekspos sejak dini akan perilaku merokok orang-orang sekitarnya. Sehingga mengalami yang kalau di psikologi itu namanya cognitive dissonance,” jelas Liza kepada ANTARA.

Liza menjelaskan, cognitive disonance adalah proses berfikir yang kurang tepat. Seseorang yang mengalami kondisi tersebut biasanya memiliki proses berpikir yang salah menjadi benar, atau juga sebaliknya.

Menurutnya, hal itu disebabkan karena sang anak mau pun remaja sering melihat orang-orang yang dituakan dalam keluarga seperti orang tua, kakak, dan lain sebagainya memiliki kebiasaan merokok. Hal inilah yang mengakibatkan sang anak berpikir bahwa kebiasaan merokok tidak apa-apa untuk dilakukan.

2. Faktor Genetik

Baca Juga:
Anak Ridwan Kamil Hilang Malah Dijadikan Konten ‘Jaga Lilin’, Kenwilboy Kini Beri Klarifikasi

Selain faktor proses berpikir yang kurang tepat, faktor lainnya yang menyebabkan anak merokok adalah faktor genetik. Hal ini dikatakan oleh I Gusti Ngurah Agastya, psikiater dari klinik Angsamerah dan Pusat Rehabilitasi Ketergantungan Zat dan Obat-Obatan Ashefa Griya Pusaka.

“Bisa juga dari secara biologis memang ada juga nih yang dialami sama remaja tersebut. Jadi secara genetiknya memungkinkan seseorang lebih berisiko untuk memulai merokok,” jelas I Gusti Ngurah Agastya.

3. Faktor Lingkungan Pertemanan

Selanjutnya faktor yang paling mempengaruhi adalah terkait lingkingan pergaulan. Para ahli pun juga membenarkan bahwa faktor lingkungan pertemanan juga sangat memungkinkan sang anak atau remaja mulai menjadi seorang perokok aktif.

“Lingkungan juga berpengaruh. Biasanya pada remaja ini, biasanya lingkungan nih yang paling berperan,” ungkap Agastya.

Hal serupa pun juga disampaikan oleh Liza. Menurutnya, faktor pertemanan berpotensi menjadi pendorong seorang anak atau remaja untuk mulai merokok.

Pasalnya, seorang anak terutama remaja sangat membutuhkan penerimaan atau pengakuan dari lingkungannya. Sehingga pada saat ikut merokok dengan teman-teman, dia pun akan merasa diakui dan diterima oleh lingkungannya.

“Kedua bisa juga karena pengaruh lingkungan di lingkungan remaja atau anak-anak. Karena kalau berbicara anak dan remaja, khususnya remaja, mereka itu kan punya kebutuhan yang sangat besar untuk bisa diterima lingkungan,” kata Liza.

“Sehingga ketika lingkungannya, khususnya teman-teman mereka yang terdekat merokok tuh mereka jadi berpikir ‘Kayaknya gue mesti ikutan’. Apalagi kalau teman-temannya juga ngejek-ngejek. Jadi bisa karena pengaruh itu juga,” lanjutnya.

4. Faktor Terpapar oleh konten

Faktor lainnya bisa berasal dari konten-konten yang dilihat oleh sang anak baik dari media sosial atau media formal. Hal ini dijelaskan oleh Psikolog dari Universitas Indonesia, A. Kasandra Putranto.

“Banyak kemungkinan terkait alasan anak atau remaja merokok. Mulai dari aspek genetik, pola asuh, hasil belajar, sampai peran lingkungan termasuk konten media baik media formal mau pun media sosial,” kata Kasandra.

Pernyataan itu juga dijelaskan oleh Liza. Menurutnya, saat seorang anak atau remaja sudah terpapar oleh konten-konten merokok, hal tersebut pun sudah terprogram secara tidak langsung di otak mereka.

Sehingga, hal ini juga berkenaan dengan tingkat stres mereka. Saat sang anak atau remaja merasa stres, mereka akan langsung mengaktivasi program merokok yang telah mereka miliki di dalam otaknya. Oleh sebab itu, hal inilah yang menyebabkan mereka mencoba untuk mulai merokok.

“Bisa juga karena stres. Karena tidak ada exposure dari lingkungan, dari kecil tidak ada ejek-ejekan dari teman, tapi kan dia sering melihat orang merokok. Jadi program merokok itu sudah ada di kepala. Sudah ada di otak. Tinggal tunggu aktivasinya nih,” papar Liza.

“Nah ketika dia merasa stres, bisa teraktivasi ‘Merokok saja kali ya, Enak”. Itu karena dia sudah sering melihat mungkin di film atau apa pun itu yang berkaitan dengan orang merokok,” tutupnya. [ANTARA]

Scroll to Top