Pihak berwenang Ukraina mengatakan sekitar 300 orang tewas akibat serangan udara Rusia terhadap sebuah teater pada 16 Maret lalu. Teater tersebut dipakai ratusan warga sipil berlindung hingga akhirnya menjadi target militer Rusia.
Selama berhari-hari usai kejadian, Pemerintah Kota Mariupol tidak bisa mengungkap berapa banyak korban yang jatuh akibat serangan tersebut.
Baru disampaikan sehari setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan para sekutunya berjanji akan mendatangkan lebih banyak bantuan militer pada Jumat (25/3).
Mengutip AP, bangunan teater yang dibombardir Rusia itu sempat ditulis ‘anak-anak’ dalam bahasa Rusia. Banyak pihak meyakini, Rusia menyerang lokasi itu karena mengetahui ada banyak orang bersembunyi di sana.
“Pasukan Rusia dengan sengaja menghancurkan Drama Theatre di pusat Mariupol. Pesawat menjatuhkan bom di gedung tempat ratusan penduduk Mariupol bersembunyi dengan damai,” tulis Dewan Kota Mariupol, seperti dikutip CNN.
Bangunan teater tersebut memiliki tempat perlindungan bom bawah tanah. Beberapa orang yang selamat dilaporkan muncul dari balik puing-puing bangunan setelah ledakan.
Penasihat Wali Kota Mariupol Petro Andriushchenko mengatakan Drama Theatre merupakan tempat penampungan terbesar, baik dari skala jumlah dan ukuran. Lebih dari 1.000 orang tercatat berlindung di dalam gedung tersebut.
“Menurut data awal, lebih dari 1.000 orang bersembunyi di sana. Jumlah korban tewas dan luka-luka tidak diketahui,” kata Petro Andriushchenko.
Kementerian Pertahanan lalu Rusia membantah telah menyerang gedung teater di Mariupol, Ukraina, pada Rabu (16/3).
(AP/blq/bmw)